OJK Beri Tips untuk Ibu-ibu Kelola Uang saat Rupiah Capai Rp 16.245 per Dolar AS

23 April 2024 11:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi saat ditemui di JCC Senayan, Kamis (24/8/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi saat ditemui di JCC Senayan, Kamis (24/8/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi memberi tips bagi ibu-ibu mengelola uang di tengah rupiah melemah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Bloomberg hari ini, Selasa (23/4) hingga pukul 10.51 WIB, kurs rupiah menyentuh Rp 16.245 per dolar AS atau melemah 8,5 poin (0,05 persen).
Wanita yang akrab disapa Kiki menyebut ibu-ibu harus memisahkan antara pengelolaan keuangan usaha dan keuangan keluarga. Masih banyak perempuan yang mengalokasi uang dari bisnis untuk pengeluaran kebutuhan keluarga.
“Pengelolaan keuangan keluarga ada dana darurat, mungkin itu punya cash cushion (dana darurat) kalau ada kenaikan harga beras dan lain-lain. Biasanya kita ajarkan bisa 3-6 kali dari pengeluaran kita setiap bulan,” ujar Kiki usai acara Edukasi Keuangan bagi Perempuan UMKM di Aula Serba Guna Perpusnas Jakarta, Selasa (23/4).
Kiki menjelaskan alokasi dana darurat setiap keluarga berbeda-beda, tergantung jumlah anak, kebutuhan setiap bulan dan faktor lain-lain. Ibu-ibu juga sebaiknya menyiapkan pos pengeluaran untuk biaya sekolah anak maupun kebutuhan umum seperti biaya listrik.
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
“Terus kemudian berapa yang ditabungkan, berapa yang diinvestasikan. Jadi untuk melawan inflasi, kita ajari untuk investasi,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Center of Digital Economy and SMEs Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eisha Maghfiruha sebelumnya mengatakan anjloknya rupiah bisa berdampak pada kenaikan pengeluaran ibu rumah tangga Indonesia akibat lonjakan harga bahan pokok impor.
Eisha menjelaskan beras, tempe, maupun kacang kedelai merupakan contoh bahan pokok yang diperoleh melalui impor. Perempuan Indonesia menghadapi dampak kenaikan kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, salah satunya ibu rumah tangga dan pelaku UMKM.
“Beras, tempe, soybean dari juga merupakan impor dan lain lain. Nah ini kalau untuk ibu-ibu pasti kalau harga-harga di pasar naik, pasti kan teriak-teriak ya,” kata Eisha dalam Diskusi Publik Ekonom Perempuan INDEF virtual, Sabtu (20/4).