
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan, memang secara garis besar ekonomi dihadapi dengan tantangan yang sulit pasca pandemi COVID-19.
Hal itu terlihat dari krisis pangan energi yang terjadi di beberapa negara di Eropa yang membuat harga-harga melonjak. “Ini juga yang menyebabkan inflasi dan tingkat suku bunga naik tajam,” katanya dalam acara 50th Asean Banking Council Meeting di Laboan Bajo, Jumat (2/12).
Tak heran jika sentimen-sentimen tersebut akan berpengaruh ke sektor perbankan di tanah air. Untuk itu, saat ini pihaknya sedang mengamati perkembangan yang terjadi secara global.
Meski begitu ia optimistis perbankan nasional masih memiliki potensi yang positif. Terlihat dari kredit hingga Oktober 2022, masih tumbuh hingga 12 persen secara tahunan (yoy).
Sedang memuat...
0 01 April 2020
S
Sedang memuat...
“Diharapkan kalau tidak efek negatifnya kita bisa pertahankan hingga tahun depan, begitu juga dengan dana pihak ketiga (dpk) yang juga masih tetap naik,” tambah dia.
Sektor Perbankan Nasional Jadi Primadona Global

Dia juga menyebut, appetite investor asing terhadap sektor perbankan Indonesia sudah cukup luar biasa besar. “Saya minggu depan ada beberapa tamu yang ingin invest ke sektor perbankan,” lanjut Dian.
“Saya rasa sektor perbankan kita cukup bersinar dan menjadi primadona,” tegasnya.
Apalagi saat ini, tambah Dian, kondisi ekonomi juga sudah terlihat membaik. Secara global bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed sudah memberikan sinyal untuk tidak menaikkan suku bunga secara agresif.
“Tapi sekarang tinggal menunggu China dengan kebijakan zero COVID policy, agak mengganggu supply chain, disrupsi cukup lumayan karena hubungan perdagangan RI-China cukup signifikan, tapi kita harapkan perbankan akan kita tetap bagus,” kata dia.