OJK Sebut Krisis Multidimensi Jadi Penyebab Gelapnya Perekonomian Global

11 Oktober 2022 14:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar.  Foto: OJK
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar. Foto: OJK
ADVERTISEMENT
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menganggap krisis multidimensi atau the perfect storm jadi penyebab gelapnya perekonomian global. The perfect storm tersebut terdiri atas inflasi tinggi, kontraksi ekonomi menuju resesi, hingga situasi geopolitik yang tak pasti.
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan, kondisi perekonomian global saat ini layaknya diterjang badai.
"Banyak yang bertanya, apakah ini badai topan, apakah ini taifun, atau apa yang disebut dengan perfect storm? Perfect storm itu adalah badai yang terjadi sekaligus. Nah bagian skenario perfect storm ini yang mungkin terjadi probabilitas ke depan," ungkap Mahendra pada acara Investor Daily Summit 2022, Selasa (11/10).
Mahendra menjelaskan, terdapat tiga hal yang berpotensi membentuk the perfect storm. Pertama, inflasi yang tinggi, termasuk di antaranya kondisi inflasi terkini dari negara-negara maju sejak 30-40 tahun perkembangan perekonomian mereka.
Kedua, inflasi tinggi tersebut kemudian memaksa ekonomi terkontraksi, yang berpotensi mengakibatkan suatu negara mengalami resesi. Kemudian yang ketiga, ketidakpastian dalam lingkup geopolitik.
ADVERTISEMENT
"Ketiga faktor ini yang paling menyebabkan ketidakpastian. Nah berapa lama dan berapa besar, kita tidak tahu pasti. Tapi bahwa ada badai dan perfect storm pasti terjadi," terang dia.
Mahendra memastikan OJK bersama industri jasa keuangan bukan hanya mencermati, memantau, apalagi menyesali apa yang terjadi pada kondisi global yang memang memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi.
"Tapi justru perlu melakukan pembahasan, antisipasi, untuk bisa memitigasi, termasuk dengan apa yang dimaksud dengan langkah-langkah stress test, sehingga kita tidak panik dan tidak lengah terhadap risiko-risiko tadi," kata Mahendra.
Di sisi lain, Mahendra menilai perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh di tengah ketidakpastian global. Dia memperkirakan hingga akhir tahun ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5 persen.
ADVERTISEMENT
"Sektor jasa keuangan juga terus mendukung agenda hilirisasi untuk peningkatan nilai tambah industri. Serta mendorong penciptaan lapangan kerja dan menjalankan rantai pasok di dalam negeri dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada," pungkas Mahendra.