OJK Ungkap Alasan Bisnis Emak-emak Sering Bangkrut

23 April 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi (kiri) memberikan pemaparan dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda). Foto: Aji Styawan/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi (kiri) memberikan pemaparan dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda). Foto: Aji Styawan/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan salah satu alasan para perempuan mengalami kegagalan bisnis seperti UMKM, yaitu pengelolaan keuangan yang buruk. Kondisi tersebut selalu dihadapi perempuan dalam menjalankan usahanya.
ADVERTISEMENT
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan, banyak ibu-ibu yang mendapat pinjaman dari kredit baik hingga Pegadaian, namun mengalami kesulitan finansial dan memiliki utang karena tidak bisa mengelola keuangan.
“Banyak ibu-ibu yang punya usaha atau sudah pakai produk jasa keuangan dapat kredit, dapat pembiayaan dari Mekaar, bank, Pegadaian dan lain-lain tapi berakhirnya bukan bisnisnya maju, malah berakhir dengan utang,” ujar Kiki dalam acara Edukasi Keuangan bagi Perempuan UMKM di Aula Serba Guna Perpusnas Jakarta, Selasa (23/4).
“Amit-amit bangkrut ya, tertinggal karena utang karena apa? Karena ibu tidak bisa memisahkan keuangan dari usahanya dan keuangan untuk keluarga, untuk pribadi. Itu harus dipisahkan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
OJK menekankan pentingnya pemahaman mengenai pengelolaan keluarga dan kemampuan mengalokasikan kebutuhan tersebut melalui pos anggaran.
“Jadi nanti akan diajarkan bagaimana mengelola keuangan keluarga, pos-pos apa saja yang harus didahulukan. Dan tentu saja harus memisahkan keuangan bisnis dan rumah tangga,” jelas Kiki.
Ibu-ibu sekaligus pemilik usaha harus mempunyai target finansial dan menjalankan secara disiplin. Sebab, tanda pengelolaan keuangan yang kurang baik yaitu tidak mampu menginvestasikan uang secara bijak.
“Salah satu ciri-ciri kita enggak mengelola uang dengan baik bukannya kita pikir investasikan ke mana, tapi kita mikirnya ‘uangku habis ke mana aja ya?’. Jangan sampai seperti itu,” saran Kiki.
Ia menegaskan, perempuan harus teredukasi dengan baik karena mereka menjadi sosok contoh pertama bagi generasi berikutnya. Dengan begitu, OJK berkomitmen untuk meningkatkan literasi dan edukasi keuangan terutama pada kalangan perempuan.
ADVERTISEMENT
“Orang tua saya tidak pernah membedakan pendidikan untuk anak laki-laki dan perempuan, semua didorong sekolah dan diajari nilai-nilai dari Kartini untuk maju dan punya visi ke depan. Dan saya rasa ibu-ibu adalah orang yang akan mendidik dan menyiapkan generasi penerus bangsa,” jelas Kiki.