Omnibus Law Disiapkan, Investasi Minerba Malah Diprediksi Turun

11 Februari 2020 18:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
ADVERTISEMENT
Pemerintah sedang menyiapkan omnibus law atau undang-undang besar yang mengatur berbagai hal yang berkaitan, supaya memudahkan perizinan. Termasuk di antaranya soal investasi di sektor mineral dan batu bara atau minerba. Omnibus law ini kerap diistilahkan sebagai UU sapu jagat.
ADVERTISEMENT
Di tengah upaya itu, Kementerian ESDM memprediksi investasi di sektor mineral dan batu bara justru akan terus turun hingga 2024.
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, mengatakan untuk tahun ini kementerian menargetkan investasi mencapai USD 7,7 miliar atau naik dibandingkan tahun lalu. Angka itu naik dari realisasi 2019 sebesar USD 6,5 miliar.
Sementara pada 2021, investasi diprediksi hanya USD 5,6 miliar. Kemudian, pada 2022 akan turun lagi menjadi USD 4,3 miliar.
"Lalu pada 2023 turun terus menjadi USD 3,22 miliar karena pembangunan smelter sudah mulai berkurangan pada 2022," ucap dia di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (11/2).
Pada 2024, kata Bambang, investasi diprediksi hanya butuh USD 3,17 miliar. Secara total, investasi tersebut berasal dari 193 perusahaan yang di dalamnya ada berbagai pemegang kontrak, mulai dari Kontra Karya 27 perusahaan, Perjanjian Karya Pertambangan Batu Baru (PKP2B) 48 perusahaan.
ADVERTISEMENT
Lalu ada Izin Usaha Pertambangan (IUP) Pusat 53 perusahaan, IUP Khusus 2 perusahaan yakni PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral, IUP OPK Olah Murni (OP) 11 perusahaan, IUPJ 18 perusahaan, dan IUP BUMN 3 perusahaan.
Untuk IUP BUMN, kata Bambang, investasinya justru bakal meningkat. Hal ini seiring dengan proyek hilirisasi gasifikasi batu bara mulai dari 2021 hingga 2024. Salah satu perusahaan yang tengah berinvestasi di proyek gasifikasi batu bara adalah PT Bukit Asam Tbk (Persero) dengan PT Pertamin (Persero) yang mengubah gas menjadi Dymethil Ether untuk bahan baku LPG yang selama ini masih impor.
Pengolahan nikel jadi feronikel di Antam, Kendari. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
"Lalu ada investasi baru dari IUPK Olah Murni pada 2023-2024 dan untuk investasi IUP daerah 2020 lebih tinggi karena saat itu juga ada pembangunan smelter yang izinnya dikeluarkan daerah," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Penurunan investasi sektor mineral dan batu bara ini terjadi karena proyek pembangunan pemurnian mineral atau smelter, banyak yang akan rampung selama empat tahun ke depan.
Sepanjang tahun lalu, realisasi investasi sektor minerba mencapai USD 6,5 miliar atau lebih tinggi dari target USD 6,1 miliar. Bambang mengatakan, sejak 2015, investasi sektor minerba naik turun karena terpengaruh harga batu bara dunia yang fluktuatif.