Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
OPEC Belum Akan Naikkan Produksi, Harga Minyak Bertahan Tinggi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Pemerintahan Presiden Donald Trump pada Senin (22/4), menyatakan akan menghentikan total pelonggaran sanksi ekonomi terhadap Iran. Sehingga 8 negara yang sebelumnya masih boleh mengimpor minyak dari Iran, mulai 1 Mei mendatang diminta menyetop total pembelian minyak ke Iran.
Hal ini telah melonjakkan harga minyak mentah dunia, hingga mencatat rekor tertinggi baru dalam 6 bulan terakhir, terhitung sejak Oktober 2018. Pasar khawatir penghentian perdagangan minyak Iran, akan menghilangkan pasokan sebanyak 1 juta barel per hari ke pasar global.
Dikutip dari Reuters, sumber di OPEC menyatakan baru akan menaikkan produksi untuk mengisi kekosongan pasokan itu, jika ada kenaikan permintaan. Produksi minyak Arab Saudi selaku produsen terbesar dan pemimpin de facto OPEC, akan meningkat pada Mei mendatang.
Seorang pejabat AS mengutip pernyataan Presiden AS Donald Trump, mengaku yakin Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan memenuhi janji untuk mengisi kekurangan di pasar minyak.
ADVERTISEMENT
Namun menurut sumber Reuters, kenaikan produksi di Arab Saudi tak ada hubungannya dengan sanksi AS terhadap Iran. Kenaikan produksi minyak Arab Saudi, masih akan dijaga di level pemangkasan yang telah disepakati OPEC dan Rusia.
"Saudi tidak serta-merta akan mengisi kekurangan pasokan minyak mentah di pasar," kata analis di Again Capital Management LLC, John Kilduff. "Pasar sangat ketat secara global dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena upaya Arab Saudi menjaga keseimbangan antara produksi dan harga."
ADVERTISEMENT
Sebelum AS memberlakukan sanksi ekonomi ke Iran, negara ini merupakan produsen terbesar keempat di OPEC. Produksinya mencapai 3 juta barel per hari. Tapi ekspor April menyusut menjadi di bawah 1 juta bpd.
Salah satu importir terbesar minyak Iran adalah China, dengan volume 585.400 barel per hari. India juga termasuk importir utama minyak Iran di pasar global.