Organda: Pakai B10 Saja, Tenaga Mesin Angkutan Umum Sudah Ngedrop

31 Agustus 2018 17:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Biodiesel (Foto: Reuters/Mike Blake)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Biodiesel (Foto: Reuters/Mike Blake)
ADVERTISEMENT
Organisasi Angkutan Darat (Organda) khawatir kualitas biodiesel 20 persen (B20) berdampak negatif terhadap kondisi mesin angkutan umum. Sekretaris Jenderal Organda Ateng Aryono menjelaskan pada saat penerapan biodiesel B10 yang dilakukan sebelumnya, tenaga mesin angkutan umum menjadi berkurang. Hal itu yang menjadi dasar kekhawatiran saat penerapan kebijakan B20 mulai berlaku efektif 1 September 2018. .
ADVERTISEMENT
“Baru B10, tenaga mesin menjadi ngedrop. Berarti kalau lebih tinggi lagi bisa menjadi problem yang lebih besar,” katanya kepada kumparan, Jumat (31/8).
Berdasarkan pengamatan Organda, mesin angkutan umum yang memakai bahan bakar biodiesel B10 terdapat gel di bagian fuel pump. Selain itu, terdapat pula kerak yang berada pada piston. Hal tersebut membuat pembakaran mesin terganggu.
“Karena itu (gel dan kerak) menjadi agak buntu, pembakaran tidak lancar. Maka terjadi ngedrop tenaga pada mesin ini,” beber Ateng.
Oleh karena itu, dia berharap agar pemerintah memastikan B20 aman bagi mesin angkutan umum karena berkaitan langsung dengan keamanan dan kenyamanan penumpang.
“Belum lagi kalau membicarakan masalah services, kalau mesin terganggu tentu biayanya tidak sedikit. Kami tidak menentang, kami hanya ingin kepastian saja dari otoritas,” tegasnya.
Petugas melakukan pengecekan fisik armada bus (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melakukan pengecekan fisik armada bus (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menjamin kualitas minyak sawit bahan baku oleochemical yang disebut FAME (Fatty Acid Methyl Eter), yang akan menjadi campuran solar untuk menjadi biosolar/biodiesel. Dengan begitu tak perlu ada kekhawatiran, biodiesel akan merusak mesin kendaraan.
Ketua Umum Aprobi, M.P. Tumanggor, mengatakan FAME yang dihasilkan untuk menjadi campuran biodiesel sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Sehingga ketika diserahkan ke Badan Usaha BBM (BU BBM), sudah layak untuk dijadikan campuran solar.
"Kita kalau sudah serahkan FAME ke penerima (BU BMM) itu berarti sudah berstandar nasional Indonesia (SNI). Jadi kalau di proses pencampuran, distribusi, sampai penjualan ritel, itu bukan tanggung jawab kami lagi,” katanya