Pabrik Sepatu Tutup, Kemenperin Akan Panggil Manajemen Bata

6 Mei 2024 17:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pabrik Bata. Foto: marekusz/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pabrik Bata. Foto: marekusz/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan memanggil manajemen PT Sepatu Bata Tbk (BATA) terkait ditutupnya pabrik sepatu Bata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pabrik yang sudah ada sejak 1994 ini terpaksa gulung tikar karena utang perusahaan membengkak dan keuangan merugi selama 4 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
“Kami akan panggil industri alas kaki Bata,” ujar Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif dikutip dari Antara, Senin (6/5).
Dalam pertemuan nanti, Kemenperin akan meminta penjelasan tutupnya pabrik sepatu dan solusi untuk memperkuat industri ini di Indonesia. Kata dia, pemerintah sebenarnya sudah berupaya untuk meningkatkan produksi sepatu lokal dengan membuat kebijakan larangan terbatas atau lartas yang bertujuan untuk mengendalikan barang impor yang masuk ke Indonesia, terutama alas kaki.
“Kebijakan lartas ini kan mendorong agar investasi di industri alas kaki atau di sektor-sektor industri yang terkena lartas itu agar masuk, membangun pabrik di Indonesia,” ujar Febri.
Kata Febri, setelah Kemenperin melihat komposisi bisnis PT Sepatu Bata, sebagian besar berada di bidang retail yang diisi dari produk impor. “Manufaktur Bata sendiri hanya sebagian kecil yang memproduksi sepatu, itu pun bahan bakunya berasal dari impor,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Melalui kebijakan lartas, Kemenperin berharap agar industri alas kaki bisa mulai membangun dan memaksimalkan pabrik mereka di Indonesia. Lartas, kata dia, bertujuan untuk mengendalikan impor produk jadi ke Indonesia.
“Untuk (impor) bahan baku kan tetap lancar. Supaya pasar dalam negeri diisi oleh industri dalam negeri,” kata Febri.

Keuangan BATA

Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni. Foto: Dok. Kemenperin
Berdasarkan laporan keuangan BATA di Bursa Efek Indonesia (BEI), performa perusahaan memang sangat terpukul sejak pandemi COVID-19 pada 2020 lalu. Tercatat, pada saat itu BATA mencatatkan rugi tahun berjalan hingga Rp 177,76 miliar.
Padahal di 2019, perusahaan berhasil mencetak laba sebesar 23,44 miliar. Di sisi top line, pendapatan BATA juga turun drastis di 2020 menjadi Rp 459,59 miliar dari 2019 yang sebesar Rp 931,27 miliar.
ADVERTISEMENT
Keadaan ini terus berlanjut di 2021 dan 2022 yang masih merugi masing-masing sebesar Rp 61,23 miliar dan Rp 106,12 miliar. Bahkan di 2023, kerugian BATA semakin membengkak menjadi Rp 190,56 miliar.

Jumlah Produksi Sepatu/Sandal Turun

Tercatat juga, jumlah produksi sendal dan sepatu perusahaan turun. Terhitung pada 2021, total produksi BATA mencapai 1.578 pasang. Kemudian turun di 2022 jumlah produksi sempat naik menjadi 1.801 pasang. Kemudian di tahun lalu turun lagi menjadi 1.153 pasang sendal/sepatu.
BATA juga sempat memberikan penjelasan kepada BEI terkait total liabilitas atau utang yang meningkat sebesar 42 persen di 2020. Hal itu terutama disebabkan kenaikan utang usaha kepada pihak ketiga sebesar Rp 42,8 miliar dan kenaikan utang usaha kepada pihak yang berelasi Rp 18,1 milliar, serta kenaikan beban akrual sebesar Rp12,3 miliar.
ADVERTISEMENT
“Peningkatan kewajiban kepada pemasok hanya sementara waktu sehubungan terjadinya penurunan penjualan akibat pandemi COVID-19, sedangkan peningkatan beban akrual terkait cadangan biaya kerugian atas restrukturisasi usaha,” kata manajemen.