Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Fozin malam itu. Ia sedang bekerja sif malam di kantornya—perusahaan yang bergerak di bidang alat berat di Malang, Jawa Timur. Fozin langsung membaca isi pesan tersebut.
Pesan itu berisi referral penawaran investasi robot trading dari Mark AI yang dikirim oleh salah seorang kerabat dekat. Fozin sebetulnya ragu dengan produk investasi robot trading saking seringnya ada kasus scam atau penipuan.
Robot trading memang bukan hal baru. Transaksi jual beli mata uang asing seperti forex telah menerapkan robot sejak lama. Namun, belakangan robot ini digunakan sebagai alat penipuan terhadap masyarakat awam yang ingin meraup duit secara instan.
Pun begitu, Fozin tak lantas mengabaikan pesan referral yang ia terima. Lelaki 29 tahun itu bertanya-tanya kepada temannya dulu, dan akhirnya memutuskan untuk bergabung karena iming-iming keuntungan yang tinggi.
“Kenapa momen itu (saya memutuskan bergabung) karena mungkin saya percaya teman saya—ikut teman baik. Dia investasi itu dikasih lihat USD 500,” kata pria bernama lengkap Fozin Ainul Mustaghfirin itu kepada kumparan, Senin (8/11).
Fozin kemudian mengunduh aplikasi robot trading kripto Mark AI di Play Store. Aplikasi itu berperan sebagai robot yang bekerja berdasarkan algoritma matematika untuk melakukan screening, mencari peluang, menganalisis pergerakan pasar, hingga mengambil keputusan jual dan beli.
Awalnya Fozin menanamkan investasi USD 30 atau sekitar Rp 400 ribu. Dalam hitungan hari, dia sudah mendapat keuntungan berlipat. Ia pun berpikir untuk menaruh uang lebih banyak.
“Wah, kalau ini perputarannya cepat, kenapa saya investasi sedikit? Saya tambah lagi USD 30 sehingga total USD 60 (Rp 800 ribu),” ujar Fozin.
Keuntungan datang, dan Fozin makin tergiur. Ia langsung mendaftarkan nomor-nomor telepon keluarganya untuk menjadi member robot trading Mark AI yang berada di bawah naungan PT Teknologi Investasi Indonesia yang beralamat di Surabaya, Jawa Timur.
Robot-robot trading macam itu tentu tak cuma “made in” lokal, melainkan ada pula yang berasal dari berbagai perusahaan di luar negeri seperti Singapura, Australia, China, sampai Amerika. Banyak perusahaan di berbagai negara mengeluarkan produk serupa. Rekam jejaknya pun macam-macam. Ada yang bagus, ada juga yang tipu-tipu.
Pada robot trading, setiap registrasi satu nomor akan mendapat satu akun. Artinya, semakin banyak orang yang mendaftar, maka makin banyak pula keuntungan bonus yang diraup dan tambahan robot yang aktif.
Dengan skema tersebut, Fozin mengajak lima orang lainnya untuk bergabung. Setelah ia berhasil mengajak mereka, ia kembali melakukan deposit tambahan sebesar USD 100 atau sekitar Rp 1,4 juta. Ia menanam harapan semakin tinggi pada robotnya.
Namun, harapan tak selalu jadi kenyataan. Kurang dari dua minggu sejak ia bergabung dan mengajak orang-orang ikut serta, masalah mendadak muncul. Website dan aplikasi Mark AI tak dapat diakses. Apa yang terjadi?