Pakai Listrik PLN, Industri Pengolahan Ikan di Natuna Hemat 66%

30 Mei 2018 13:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cold storage ikan di Natuna teraliri listrik. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cold storage ikan di Natuna teraliri listrik. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain ke pemukiman warga, PT PLN (Persero) pada bulan ini juga mengalirkan listrik ke industri pengolahan ikan dan cold storage di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau yang merupakan daerah terdepan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Owner PT Neptuna Dwindo Matrina, Wandi, bercerita dia membuka usaha cold storage ikan hasil tangkapan nelayan dan menjual es untuk dibawa nelayan melaut di Selat Lampa, Kabupaten Natuna sejak 2 tahun yang lalu.
Sebelumnya dalam memproduksi es dan menyediakan cold storage, pihaknya menggunakan genset karena tak ada listrik. Menurut Wandi dalam sebulan ketika memakai genset, biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 150 juta.
Cold storage ikan di Natuna teraliri listrik. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cold storage ikan di Natuna teraliri listrik. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
“Biasanya kalau pakai genset, biaya pemakaian minyak kita, Solar itu Rp 150 juta,” kata Wandi saat ditemui di Kawasan Selat Lampa, Kabupaten Natuna, Rabu (30/5).
Selain itu ketika menggunakan genset, menurutnya, operasional perusahaan tak bisa 24 jam agar mesin genset tak kepanasan. Pun operasional perusahaan hanya bisa 20-25 hari karena mesin pada genset harus dilakukan maintenance.
ADVERTISEMENT
Sejak 4 hari yang lalu, PLN menyalurkan listrik sebesar 555 ribu kilovolt ampere (kVa) ke PT Neptuna Dwindo Matrina. Wandi meyakini ketika menggunakan listrik dari PLN, biaya energi yang harus dikeluarkan hanya sekitar Rp 50 juta. Maka secara hitung-hitungan, dia sudah menghemat 66% biaya produksi.
Wandi, pemilik cold storage ikan Natuna. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wandi, pemilik cold storage ikan Natuna. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
“Paling maksimal Rp 50 juta. Kita bisa berproduksi es lebih banyak, biasanya 10 ton sekarang bisa 13 ton. Karena kita bisa berproduksi 24 jam dalam sehari, sebulan penuh,” paparnya.
Karena ada penghematan dalam biaya produksi, pihaknya pun menjual es kepada nelayan lebih murah, dari semula Rp 100 ribu per fiber, kini hanya Rp 70 ribu per fiber. Tak hanya itu, nelayan pun kini bisa membeli es kapanpun saat akan melaut.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kalau genset mati karena pemeliharaan, es-nya enggak ada. Nelayan enggak bisa melaut. Sekarang jadi bisa kapan saja beli es,” terang Wandi.