news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pandemi Bakal Jadi Endemi, Ekonomi RI Bisa Kembali Pulih?

19 Oktober 2021 20:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deretan gedung bertingkat di kawasan Petamburan, Jakarta. Foto: Antara/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Deretan gedung bertingkat di kawasan Petamburan, Jakarta. Foto: Antara/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 dinilai akan menjadi endemi mulai tahun depan. Hal ini sejalan dengan kasus COVID-19 yang mulai menurun di sejumlah wilayah, termasuk pemulihan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko PMK, Agus Suprapto mengatakan, saat ini Indonesia dalam masa transisi menuju endemi. Untuk itu, katanya, vaksinasi juga perlu ditingkatkan.
"Targetnya, kita harus bisa menurunkan jumlah kasus berat di rumah sakit dan kasus meninggal. Caranya dengan vaksinasi terus berjalan, dan mengupayakan sistem kesehatan berjalan dengan baik. Dengan begitu maka kita siap memasuki masa transisi," ujar Agus dalam konferensi pers virtual KPCPEN, Selasa (19/10).
Meski kasus COVID-19 mulai melandai, kata Agus, pemerintah berharap pemulihan ekonomi bisa terjadi. Menurutnya, bansos juga terus didistribusikan. Tak hanya itu, insentif bagi pelaku UMKM juga diperluas.
"Kita juga lihat aktivitas ekonomi mulai bergerak, PMI manufaktur kita meningkat, ekspor kita jalan lagi. Tapi pemerintah tetap memperhatikan kelompok yang tidak beruntung, bansos kami berikan, UMKM, itulah yang punya resiliensi kuat terhadap pandemi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan, endemi bisa mendorong pemulihan ekonomi nasional. Namun demikian, rencana pemerintah supaya Indonesia dapat masuk masa transisi dari pandemi menjadi endemi harus melalui berbagai indikator.
Dari sisi hulu, yakni mengintensifkan vaksinasi menjadi sebanyak 2,5 juta suntikan per hari, mendisiplinkan 3M, mengakselerasi testing dan tracing.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Selain itu, pemerintah juga mengintensifkan screening PeduliLindungi dan rumah masyarakat juga harus memiliki ventilasi yang baik. Sebaliknya, di sisi hilir akan meningkatkan kapasitas rumah sakit, menyediakan tenaga kesehatan yang cukup, dan mengamankan ketersediaan oksigen dan obat-obatan.
"Untuk bisa masuk kondisi transisi dari pandemi ke endemi, maka prasyarat yang sudah harus dipenuhi yaitu Fatality Rate ± 2 persen setara rata-rata global, kasus Aktif ≤ 100 ribu, Positivity Rate ≤ 5 persen, Kasus Baru ≤ 5.000, dan BOR ≤ 40 persen," jelas Airlangga saat konferensi pers, Selasa (21/9).
ADVERTISEMENT
Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 juga menyampaikan bahwa gerakan defensif dan ofensif menjadi salah satu upaya Indonesia menuju endemi COVID-19.
"Ada dua gerakan yang harus kita siapkan menuju endemi, yakni defensif dan ofensif," ujar Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19, Alexander Ginting.
Ia memaparkan, gerakan defensif yakni menurunkan laju kasus COVID-19 dengan melaksanakan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) yang ketat dan cakupan vaksinasi yang tinggi.
Ia menambahkan, terdapat lima indikator pada gerakan defensif itu. Pertama, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di bawah 20 per 100.000 penduduk.
Kedua, jumlah pasien COVID-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit di bawah lima orang per 100.000 penduduk per minggu. Ketiga, kasus kematian akibat COVID-19 di bawah satu kasus per 100.000 penduduk per minggu.
ADVERTISEMENT
Keempat, vaksinasi COVID-19 dosis pertama minimal 70 persen untuk masyarakat umum dan vaksinasi lansia minimal 60 persen. Dan kelima, kepatuhan protokol kesehatan dalam melaksanakan 3M harus di atas 50 persen.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, perubahan dari pandemi ke endemi tidak menjamin pemulihan ekonomi merata di seluruh sektor. Sebab, belum lama ini pemerintah memprediksi bahwa tahun depan pandemi Indonesia akan beralih menjadi endemi.
Menurutnya, semua tergantung dari penanganan pandemi di tahun 2022, mulai dari tingkat vaksinasi, sampai alokasi anggaran kesehatan.
“Fokus utama tetap harus kesehatan. Meskipun masuk fase endemi kan tetap perlu prokes dijaga dan mempersiapkan apabila terjadi lonjakan kasus baru," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Bhima memperkirakan model pemulihan ekonomi Indonesia akan berbentuk huruf K-shaped. Menurutnya, ada sektor yang sensitif terhadap pergerakan masyarakat akan tumbuh lebih lambat, seperti restoran, perhotelan, transportasi dan jasa terkait pariwisata lainnya, pemulihannya sangat terbatas.
“Sementara sektor yang mengalami kenaikan pesat selama pandemi seperti jasa informasi komunikasi, jual beli online, aplikasi kesehatan dan pendidikan masih akan terus meningkat,” tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah terus berupaya mengendalikan penyebaran COVID-19 di Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan optimistis COVID-19 hanya akan menjadi endemi di tahun depan.
"Kita lihat di 2022, masa pandemi akan menjadi endemi. Dan sekarang disiapkan langkah-langkah bagaimana Indonesia bisa lakukan adjustment," kata Sri Mulyani.