Pasar Global Dihajar Virus Corona, Pengusaha Sawit Pusing Tujuh Keliling

26 Maret 2020 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja membongkar buah kelapa sawit di unit pemrosesan minyak kelapa sawit milik negara. Foto: REUTERS / Tarmizy Harva
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja membongkar buah kelapa sawit di unit pemrosesan minyak kelapa sawit milik negara. Foto: REUTERS / Tarmizy Harva
ADVERTISEMENT
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat peningkatan produksi Crude Palm oil (CPO) pada Januari 2020 menjadi 3,48 juta ton dibanding Desember 2019.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sardjono, mengatakan meskipun produksi naik, ekspor kelapa sawit anjlok hingga 35,6 persen menjadi 2,39 juta ton dibanding bulan sebelumnya 3,72 juta ton.
"Penurunan ekspor terjadi pada CPO, PKO, biodiesel. Sementara oleokimia naik 22,9 persen," katanya melalui keterangan tertulis, Kamis (26/3).
Adapun penurunan ekspor terjadi hampir ke semua negara tujuan, yaitu ke China turun 381 ribu ton atau sekitar 57 persen dibanding bulan sebelumnya. Sementara ke Uni Eropa turun 188 ribu ton atau sekitar 30 persen dibanding periode bulan sebelumnya.
Lalu, ke India turun 141 ribu ton 22 persen dibanding periode bulan sebelumnya. Untuk Amerika Serikat turun 129 ribu ton atau sekitar 64 persen dibanding periode sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sementara ke Bangladesh naik dengan 40 ribu ton 52 persen dibanding periode bulan sebelumnya.
"Penurunan ekspor yang cukup drastis dalam bulan Januari kemungkinan karena masih tersedianya stok di negara-negara importir utama, atau importir menunggu respons pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia," ujarnya.
Kondisi tersebut didorong situasi politik ekonomi dunia dan harga minyak bumi yang tidak menentu karena ketidaksepakatan antara OPEC dengan Rusia.
Selain itu, wabah virus corona yang melanda di hampir seluruh negara, menyebabkan perlambatan ekonomi global yang berakibat pada penurunan konsumsi minyak nabati.
"Terkait dengan pandemi corona, BNPB mengkhawatirkan Covid-19 di dalam negeri akan berlangsung sampai lebaran, sementara banyak pakar dunia memperkirakan puncak pandemi corona terjadi sekitar Mei-Juni," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan awal tahun 2020, harga CPO meningkat menjadi rata-rata USD 830 per ton dibandingkan harga rata-rata pada Desember 2019 yaitu USD 787 per ton.
"Konsumsi domestik juga sedikit naik dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton,” kata Mukti.
Kelapa Sawit yang sedang diangkut dengan truk. Foto: Samsul Said/Reuters
Harga CPO Berpotensi Tertekan
Situasi penurunan aktivitas ekonomi hingga beberapa bulan ke depan, dikhawatirkan akan menekan harga minyak nabati termasuk minyak sawit.
Beberapa bulan lagi akan masuk ke musim kemarau 2020 dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi momok yang menakutkan.
"Pembukaan lahan dengan sistem bakar oleh masyarakat harus dihindari, meskipun peraturan perundangan masih memungkinkan untuk pembukaan lahan di bawah 2 hektare," kata Mukti.
Perusahaan perkebunan perlu memperkuat kembali koordinasi dengan instansi terkait dan memeriksa kesiapan sarana dan prasarana pencegahan kebakaran yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
"Dengan koordinasi yang baik dan keterlibatan lebih banyak masyarakat diharapkan insiden karhutla tahun 2020 akan dapat ditekan bahkan dihindari," katanya.