Pecah Rekor, Utang Baru Pemerintah Capai Rp 421 T di Semester I 2020

10 Juli 2020 13:07 WIB
Ilustrasi Dolar-Rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dolar-Rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan pembiayaan utang pemerintah selama semester I 2020 mencapai Rp 421,5 triliun. Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipatnya jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 181,2 triliun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan semester I APBN 2020, penarikan utang baru tersebut terdiri dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 430,4 triliun (neto) dan pinjaman minus Rp 8,9 triliun (neto).
Tingginya pembiayaan utang hingga akhir Juni 2020 tersebut sejalan dengan langkah extraordinary pemerintah dan pelebaran defisit anggaran menjadi 6,34 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akibat pandemi virus corona.
"Pelebaran defisit merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan countercyclical di mana ketika ekonomi melemah, pemerintah perlu step in untuk memberikan stimulus untuk perbaikan ekonomi," tulis bahan laporan semester I APBN 2020 seperti dikutip kumparan, Jumat (10/7).
Selanjutnya, pelebaran defisit itu dinilai sebagai bagian dari pelaksanaan kebijakan countercyclical. "Di mana ketika ekonomi melemah, pemerintah perlu step in untuk memberikan stimulus demi perbaikan ekonomi," tulisnya.
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Pembiayaan utang di semester I 2020 tersebut merupakan rekor tertinggi. Sebagai pembanding pada semester I 2016, realisasi pembiayaan utang hanya Rp 278,1 triliun. Di periode yang sama 2017 mencapai Rp 207,8 triliun dan di periode yang sama 2018 mencapai Rp 180,2 triliun. Sementara di semester I 2019 pembiayaan utang hanya Rp 181,2 triliun. Bahkan jika dibandingkan setahun penuh, pembiayaan sejak 2010-2015 tak sampai sebesar semester I 2020.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pembiayaan utang akan tetap dilakukan secara hati-hati. Selain itu, penarikan utang juga diharapkan dapat menjaga kredibilitas dan kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia.
"Realisasi pembiayaan utang tetap dilakukan hati-hati. Kami harap Indonesia bisa menjaga kredibilitas sehingga membuat kepercayaan pasar terjaga,” kata Sri Mulyani dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR RI, Kamis (9/7).
Adapun realisasi defisit anggaran hingga 30 Juni 2020 sebesar Rp 257,8 triliun atau 1,57 persen terhadap PDB. Realisasi tersebut lebih dalam dibandingkan Mei 2020 yang mencatatkan defisit Rp 179,6 triliun atau 1,1 persen dari PDB.
Penerimaan negara berhasil terkumpul Rp 811,2 triliun atau turun 9,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Sementara belanja negara, realisasinya Rp 1.068,9 triliun atau tumbuh 3,3 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit yang melebar tersebut lantaran penerimaan negara yang masih tertekan atau minus, sementara belanja negara tumbuh lebih cepat.
"Pendapatan negara minus 9,8 persen dibandingkan dengan tahun lalu mencapai Rp 899,6 triliun," jelasnya.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.