Peluang Bisnis Mainan Disebut Enggak Ada Matinya

11 Agustus 2023 18:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
(ki-ka) Paul Kingsen Project Director Peraga Chayou, Soegiharto Santoso Ketua Umum APTIKNAS, Sutijadi Lukas Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia, Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MCorp, saat konpers pameran bany product & Toys Expo 2023. Foto: Alfadillah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
(ki-ka) Paul Kingsen Project Director Peraga Chayou, Soegiharto Santoso Ketua Umum APTIKNAS, Sutijadi Lukas Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia, Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MCorp, saat konpers pameran bany product & Toys Expo 2023. Foto: Alfadillah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia (AMI), Sutijadi Lukas, mengungkapkan peluang bisnis mainan tidak ada matinya. Ia mengatakan terus moncernya bisnis mainan anak didorong oleh angka kelahiran yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Lukas menyebut dalam satu tahun ada 4 juta bayi lahir di Indonesia. Menurutnya, setiap satu anak dalam setahun minimal bisa membeli tiga mainan.
"Peluang bisnis mainan itu tidak ada matinya. Belum lagi kalau mainan, seminggu saja sudah bosan, setahun beli 3-4 mainan itu minimal, jadi dari pertumbuhan kelahiran saja bisa dihitung kebutuhan mainan itu berapa, cukup besar walaupun bukan kebutuhan pokok tapi lumayan (bisnis mainan) enggak mati-mati amat," kata Lukas saat ditemui di Kawasan Jakarta Selatan, Jumat (11/8).
Lukas menjelaskan bisnis mainan anak mengalami pertumbuhan di kisaran 20 persen sampai 25 persen sejak pandemi COVID-19. "Sekarang belum 100 persen normal, dari sebelum pandemi ke pandemi baru naik itu sekitar 20 persenan aja. karena bukan kebutuhan pokok. Ya kan biasanya beli kalau orang tua punya uang. apalagi sekarang masa sekolah, uang buat sekolah dulu," ujar Lukas.
Piramida kayu berwarna-warni dan maracas untuk anak-anak. Foto: Alice Rodnova/Shutterstock
Lukas menuturkan pertumbuhan pembelian mainan anak ini juga didorong oleh menurunnya penggunaan gadget dari 70 persen selama pandemi menjadi 40 persen. Sebab, anak-anak sudah mulai kembali beraktivitas seperti biasa bermain di luar ruangan.
ADVERTISEMENT
"Waktu masa COVID-19 trennya itu anak-anak dikasih gadget itu 70 persen jadi 40 persen. Sekarang sudah mulai berkurang karena mereka bisa main di outdoor," ungkap Lukas.
Lukas menganggap penggunaan mainan tradisional di kota besar tidak terlalu banyak. Sebab, mainan tradisional hanya diperkenalkan di sekolah-sekolah. Namun, penggunaan mainan anak di sejumlah daerah seperti Jawa Tengah masih tinggi.