news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemerintah Diminta Antisipasi Jika November Tak Ada Beras, Mau Makan Apa?

22 Mei 2020 19:54 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga memilih beras dalam operasi pasar komoditas pangan di Pasar Kramat Jati. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Warga memilih beras dalam operasi pasar komoditas pangan di Pasar Kramat Jati. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Ancaman krisis pangan harus benar-benar diperhatikan. Ahli Pangan dan Gizi Drajat Martianto mengharapkan pihak-pihak terkait menyiapkan segala antisipasinya.
ADVERTISEMENT
Drajat merasa kebutuhan pangan saat ini memang masih bisa dicukupi. Namun, harus dipikirkan juga seandainya krisis pangan benar-benar terjadi, salah satunya dengan pemanfaatan pangan lokal.
“Kalau sekarang tidak mulai lagi dengan pangan lokal maka akan terlambat. Setalah November nanti iya kalau beras ada, kalau tidak ada kita mau makan apa?” kata Drajat saat diskusi secara virtual, Jumat (22/5).
Untuk itu, ia menekankan pentingnya pemanfaatan local wisdom yang ada. Selain itu, kata Drajat, sistem keberlanjutan pangan juga harus dimaksimalkan pelaksanaannya.
“Maka bagaimana kita memanfaatkan lahan-lahan kering dan sebagainya,” ujar Drajat.
Drajat menganggap, jika segala antisipasinya sudah disiapkan maka ke depan tidak akan mengalami kesulitan. Apalagi, Drajat menganggap ketahanan pangan merupakan sesuatu yang penting. Menurutnya, ketahanan pangan itu juga berarti setiap orang harus terpenuhi kebutuhannya.
ADVERTISEMENT
“Ke depan bagaimana petani bisa berdaulat, bagaimana negara bisa berdaulat, bukan berarti tak boleh impor tapi kita harus mulai betul untuk menguatkan kemandirian kita. Ini sesuatu yang tak bisa ditawar lagi karena dalam kondisi COVID ini kalau semua tidak mau mengeksplor maka kita akan menjadi kesulitan,” ungkap Drajat.
Pekerja di Pasar Induk Beras Cipinang. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Untuk mewujudkan kemandirian itu, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat pada umumnya atau konsumen. Ia menuturkan, konsumsi masyarakat harus memperhatikan kondisi yang ada.
“Kita itu mengkonsumsi terlalu banyak beras ditambah lagi gandum kita sudah di atas 18 kilogram per kapita. Jadi ini harus kita ubah,” tambahnya.
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Saksikan video menarik di bawah ini:
ADVERTISEMENT