Pemerintah Diminta Siapkan SDM Indonesia Timur Sambut Hilirisasi Nikel

16 April 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ekonom, Cyrillus Harinowo meminta pemerintah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) khususnya di Indonesia Timur untuk menyambut hilirisasi nikel.
ADVERTISEMENT
Staf Menteri Perdagangan era Presiden Soeharto itu mengatakan, Indonesia Timur menyimpan banyak cadangan nikel, salah satunya di Maluku Utara. Dia memprediksi Indonesia Timur akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.
"Yang perlu dilakukan adalah kesiapan SDM. Saya yakin ini punya masa depan yang bagus, modal yang bagus untuk bisa mengembangkan Halmahera jadi pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia timur beberapa tahun yang akan datang," Harinowo saat mengisi kuliah tamu bertajuk Ekonomi dan Hilirisasi Nikel di Indonesia di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Selasa (16/4).
Dirinya membandingkan dengan proses industrialisasi nikel di Sulawesi Tenggara di mana SDM masyarakat setempat tidak siap. Di sana, kata dia, masyarakat menganggap banyak TKA asal China yang dipekerjakan menggeser kesempatan masyarakat setempat mendapat kerja. Harinowo menjelaskan, pada prosesnya memang hal itu diperlukan sebagai transfer pengetahuan teknologi.
ADVERTISEMENT
"Tapi karena komunikasi kurang sampai akhirnya terjadi konflik bahkan terjadi pembakaran pabrik dan sebagainya. Saya pikir ini harusnya enggak terjadi di Halmahera. Karena yang rugi kita semuanya," ujar dia.
Adapun di akhir 2021 lalu pemerintah mencatat pekerja di smelter nikel Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara mencapai 25.000 tenaga kerja, di mana TKA tidak mencapai 2.500 pekerja. TKA tersebut didatangkan dengan kualifikasi keterampilan tinggi.
Harinowo membandingkan pekerja di smelter nikel dengan pekerja di industri otomotif seperti pabrik Toyota di Karawang, di mana di pabrik Toyota itu semuanya telah mempekerjakan pekerja Indonesia.
"Bedanya pabrik Toyota sudah ada di Indonesia 50 tahun. Cukup waktu untuk mengembangkan SDM. Mereka bangun politeknik sendiri. Jadi yang bisa kita lakukan adalah persiapan SDM. Persiapan mindset juga, jangan semuanya harus instan, semalam selesai," pungkas dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudistira, memberi alarm bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan SDM dalam negeri, seiring dengan gencarnya hilirisasi tambang yang dimulai Presiden Jokowi.
Pasalnya, hilirisasi pertambangan yang dimulai Presiden Jokowi ini membuat investasi yang masuk dalam negeri beralih ke investasi sektor padat modal, yang mana itu tidak bisa menyerap lapangan kerja sebesar investasi dari padat karya.
"Iya karena sifatnya padat modal maka yang dibutuhkan adalah SDM dengan keahlian tinggi atau skilled labor. Kalau tidak siap yang akan isi TKA (Tenaga Kerja Asing). Ini jadi warning bahwa masalah perubahan tren jenis investasi belum disertai kesiapan SDM dalam negeri," kata Bhima kepada kumparan, Sabtu (24/2).
ADVERTISEMENT