news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemilu AS Trump vs Biden, Apa Dampaknya ke Perekonomian Indonesia?

2 November 2020 9:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan lawannya Joe Biden saat debat terakhir kampanye presiden AS 2020 di Curb Event Center di Belmont University di Nashville, Tennessee, AS, (22/10). Foto: Jonathan Ernst/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan lawannya Joe Biden saat debat terakhir kampanye presiden AS 2020 di Curb Event Center di Belmont University di Nashville, Tennessee, AS, (22/10). Foto: Jonathan Ernst/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemilu AS tinggal menghitung jam. Besok, seluruh warga di Negeri Paman Sam itu akan memilih presiden.
ADVERTISEMENT
Donald Trump kembali menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat. Sementara pesaingnya di Partai Republik yakni Joe Biden.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati mengatakan, baik Trump atau Biden yang nantinya terpilih, akan memiliki dampak terhadap perekonomian global termasuk Indonesia. Perdagangan dunia dinilai akan tetap protektif.
“Dampak Pemilu AS ke perekonomian Indonesia, siapa pun yang menang tidak akan banyak mengubah strategi AS dalam perdagangan dunia yang menjadi semakin protektif,” ujar Nina kepada kumparan, Senin (2/11).
Namun menurutnya, ketidakpastian global akan meningkat jika Donald Trump kembali menjadi Presiden AS. Perang dagang antara China dan AS, serta negara lain yang neraca dagangnya surplus dengan AS, akan kembali bergejolak.
“Kalau Trump menang, maka perang dagang terhadap RRT dan negara lainnya yang neraca perdagangannya surplus terhadap AS, akan semakin bergejolak jika dibandingkan dengan Joe Biden yang menang,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk Indonesia, pasar keuangan domestik dinilai akan berpengaruh jika Trump kembali menang sebagai Presiden AS.
“Jika Trump menang, maka pasar keuangan domestik Indonesia akan lebih tertekan jika dibandingkan dengan Joe Biden yang menang,” tuturnya.
Namun demikian, Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi melihat pelaku usaha lebih menyukai kebijakan yang ditawarkan Trump. Yakni berupa pemangkasan pajak korporasi dan pajak untuk kelas menengah atas.
“Jadi kalau Trump menang, market di AS mungkin bereaksi positif,” kata Eric.
Calon presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden saat tampil di Wilmington, Delaware, AS, 4 September 2020. Foto: Kevin Lamarque/REUTERS
Sementara jika yang nantinya terpilih adalah Joe Biden, Eric menilai, korporasi akan menghadapi ketidakpastian kebijakan. Hal ini karena kebijakan yang ditawarkan Biden berkebalikan dengan Trump.
“Biden policy-nya lebih ke welfare state, pajak terhadap kelas atas dan korporasi untuk tolong kelas menengah dan bawah. Jika Biden terpilih, korporasi dan pelaku pasar finansial menghadapi risiko ketidakpastian policy,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, pelaku pasar bisa semakin bergejolak jika nantinya Trump tidak terima dengan keputusan hasil Pemilu. Menurut Eric, volatilitas market akan sangat ditentukan dengan sikap Trump jika kalah dari hasil Pemilu AS.
“Jika Trump kalah, volatilitas market akan ditentukan bagaimana sikap Trump kalau kalah. Kalau dia tidak terima, market di AS bisa volatile sampai ada keputusan supreme court. Kalau Trump terima kekalahan, market akan lebih cepat normal kembali,” tambahnya.
Presiden AS Donald Trump saat kampanye di Lititz, Pennsylvania, Amerika Serikat. Foto: Leah Millis/REUTERS
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakini pelaksanaan Pemilu di Amerika Serikat tak akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Menurutnya, yang paling berpengaruh ke ekonomi dan pasar keuangan saat ini adalah jumlah kasus COVID-19 di berbagai negara yang kembali mencetak rekor, termasuk di AS.
ADVERTISEMENT
“Sebetulnya yang lebih memberikan sentimen saat ini adalah menganai kenaikan jumlah COVID-19 di AS dan Eropa, yang menyebabkan banyak negara melakukan pengetatan PSBB-nya kembali,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers online KSSK, Selasa (27/10).
Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, investor juga telah menentukan langkah price in di saham. Sehingga gejolak Pemilu di AS tersebut diprediksi tak terlalu mempengaruhi kondisi ekonomi domestik.
“Untuk sisi politik, saya rasa dari sisi pasar keuangan sudah price in dinamika yang terjadi di AS. Dan saya rasa itu akan terus menjadi dinamika dari keseluruhan geopolitik di dunia ini, yang menjadi faktor menentukan untuk keseluruhan momentum dan sentimen positif,” jelasnya.