Pemkot Bogor Mau Bangun Trem, Kemenhub Tak Setuju Kalau Keretanya dari Belanda

3 Maret 2020 8:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta melintas di perlintasan Paledang, Kota Bogor,Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
zoom-in-whitePerbesar
Kereta melintas di perlintasan Paledang, Kota Bogor,Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota Bogor mengusulkan adanya trem untuk melayani transportasi masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari. Peta rute yang akan dilalui juga sudah disiapkan. Rencananya, pemasok keretanya diambil dari perusahaan Colas Rail Belanda.
ADVERTISEMENT
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membenarkan adanya usulan pembangunan trem di wilayah tersebut. Namun, Kemenhub tidak setuju kalau tremnya didatangkan dari Belanda.
“Gini kalau yang khusus untuk pengadaan tremnya itu kita kan sudah lihat ke sana (trem dari Belanda) ternyata emang enggak cocok dengan di Indonesia,” kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Kemenhub Danto Restyawan di Kantor Kemenhub, Jakarta, Senin (2/3).
Danto mengungkapkan, pihaknya tidak asal menolak trem yang diusulkan. Ia mengatakan, kalau mengambil dari Belanda memang bakal banyak kerugian yang didapatkan karena tidak sesuai dengan kondisi rel yang ada di Indonesia, khususnya di Bogor, Jawa Barat.
Kereta melintas di perlintasan Paledang, Kota Bogor,Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
“Jadi kalau pun kita ambil pertama itu apa life time nya, umurnya itu sudah terlalu tua juga. Kedua tidak ada AC, kita harus tambahkan AC, ketiga rel nya beda. Lebarnya itu (Belanda) 1.435 sementara yang kita pakai kan 1.067. Jadi kalau kita ambil, kita rugi banyak. Makanya kita nunggu saja,” ujar Danto.
ADVERTISEMENT
Danto menjelaskan, selama ini pemerintah memang banyak mendatangkan kereta dari Jepang. Salah satu alasannya karena lebarnya hampir sama dengan yang ada di Indonesia. Hanya saja, Kemenhub tidak bisa memutuskan kereta atau trem dari mana yang harus didatangkan kalau untuk di Bogor.
“Itu biasanya bisnis antara PT KAI, jadi operator bukan kita. Kita hanya memfasilitasi saja tapi pemerintah enggak pernah membeli,” terang Danto.
Alih-alih fokus memilih mendatangkan barang, Danto menyarankan Pemerintah Kota Bogor menyiapkan dulu pra sarananya. Setelah itu, baru sarana trem atau jenis keretanya seperti apa.
Prototype Trem Milik PT INKA (Persero) Foto: Abdul Latif / Kumparan
“Kita tunggu pra sarananya terbangun dulu karena belum tentu juga itu bentuknya bukan Kereta Api, bisa juga semacam ART (Autonomous Rail Rapid Transit) seperti itu. Jadi kita lihat juga,” ungkap Danto.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Danto menegaskan, dalam setiap membangun moda transportasi memang tidak bisa sembarangan. Harus ada hitung-hitungan matangnya. Ia tidak mau pembangunan di Bogor salah perhitungan sehingga berdampak juga pada sepinya penumpang.
“Itu kan kita mengadakan pembangunan di satu tempat itu kita lihat juga pasarnya. Terus topografinya segala macam. Kalau pasarnya enggak ada terus bangun kereta api yang mahal, siapa juga yang bisa (naik) terlalu mahal untuk tiketnya. Jadi yang (trem) Belanda itu kita enggak rekomendasi,” tutur Danto.