Pendapatan Bersih Astra International Turun 23 Persen di Semester I 2020

25 Agustus 2020 11:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Astra International Foto: Dok. Astra
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Astra International Foto: Dok. Astra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 mempengaruhi bisnis dan kinerja keuangan PT Astra International Tbk. Head of Corporate Investor Relations Astra, Tira Ardianti, mengungkapkan pendapatan bersih perusahaan pada semester I 2020 turun 23 persen.
ADVERTISEMENT
"Pendapatan bersih konsolidasian grup Astra pada semester pertama 2020 mencapai Rp 89,8 triliun, turun 23 persen dari periode yang sama tahun lalu," kata Tira saat paparan secara virtual, Selasa (25/8).
Sementara itu, laba bersih tercatat naik Rp 11,378 triliun atau lebih tinggi 16 persen dibanding semester I 2019 sebesar Rp 9,803 triliun. Namun, kenaikan tersebut sudah termasuk keuntungan penjualan kepemilikan saham di Bank Permata.
"Jika tidak termasuk keuntungan dari transaksi penjualan Permata, maka laba bersih grup akan turun 44 persen menjadi Rp 5,5 triliun," ujarnya.
Penurunan tersebut disebabkan karena melemahnya bisnis Astra karena pandemi virus corona. Meski begitu, nilai aset bersih perusahaan masih membaik.
"Nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2020 adalah sebesar Rp 3.773 atau 3 persen lebih tinggi dari nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2019," katanya.
Menara Astra, tempat PT Astra International Tbk berkantor. Foto: Dok. Astra
Tira menjelaskan, menurunnya bisnis dan kinerja keuangan Astra di semester I terlihat signifikan pada bulan April dan Mei. Hal itu disebabkan pihaknya mengikuti arahan pemerintah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
ADVERTISEMENT
Tira memperkirakan dampak pandemi COVID-19 dan langkah-langkah penanganannya masih akan berpengaruh kepada kinerja perusahaan sampai akhir tahun 2020. Dia menegaskan perusahaan akan terus berupaya mengatasinya.
"Kami masih bersyukur meskipun mengalami masa-masa sulit, posisi neraca keuangan grup tetap kuat didukung oleh tersedianya komitmen fasilitas pinjaman sebesar Rp 38,6 triliun," kata Tira.
"Selain itu, untuk mempertahankan posisi neraca keuangan, grup fokus pada pengurangan belanja modal, mengelola biaya, dan modal kerja, serta memastikan likuiditas terjaga," tambahnya.