Pendapatan PT Timah Anjlok 3 Tahun Terakhir, Karena Kasus Korupsi?

2 April 2024 17:08 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Timah (Persero), Ahmad Dani Visal, di kompleks parlemen Selasa (26/3/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Timah (Persero), Ahmad Dani Visal, di kompleks parlemen Selasa (26/3/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk (TINS), Ahmad Dani Virsal, mengungkapkan penyebab pendapatan perseroan terus anjlok dalam 3 tahun terakhir, salah satunya imbas penurunan produksi timah perseroan.
ADVERTISEMENT
Ahmad menjelaskan, produksi bijih timah pada tahun 2023 hanya tercapai 14,85 ribu ton atau turun 26 persen dari tahun 2022 sebesar 20 ribu ton. Capaian tahun 2022 juga anjlok dari tahun 2021 sebesar 24,67 ribu ton.
"Tahun 2022 juga lebih rendah dibandingkan tahun 2021, jadi 3 tahun terakhir ini terus turun," ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR, Selasa (2/4).
Sama halnya dengan produksi logam timah (ingot) pada tahun 2023 sebesar 15,3 ribu metrik ton, turun 23 persen dari 19,8 ribu metrik ton pada tahun 2022, yang juga mengalami penurunan dari produksi tahun 2021 sebesar 26,4 ribu metrik ton.
Dengan demikian, kata Ahmad, penjualan logam mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir, diperparah dengan harga jual rata-rata logam yang juga mengalami penurunan yang saat ini berada di level USD 26.500, sehingga berimbas pada pendapatan.
ADVERTISEMENT
"Harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply," imbuhnya.
PT Timah mencatat penurunan pendapatan yang konsisten, dari Rp 14,6 triliun di tahun 2021, turun menjadi Rp 12,5 triliun di tahun 2022, dan anjlok lagi 33 persen menjadi Rp 8,3 triliun di tahun 2023.
"Beban peak-nya tetap, peak cost-nya, tetapi pendapatan kita jauh menurun, karena produksinya juga jauh menurun. Produksi menurun ditambah parah lagi harga jual timah juga menurun sehingga pendapatan itu jomplang jauh sekali," tegas Ahmad.
Ilustrasi timah. Foto: PT Timah
Ahmad melanjutkan, EBITDA perseroan menjadi anjlok 71 persen, dari sebelumnya Rp 2,3 triliun di tahun 2022, menjadi hanya Rp 684 miliar di tahun 2023. Perseroan pun akhirnya mencetak rugi bersih.
"Perusahaan mengalami kerugian di tahun 2023 sebesar kurang lebih Rp 450 miliar," katanya.
ADVERTISEMENT
PT Timah mencatat kenaikan interest bearing debt mencapai Rp 3,5 triliun di tahun 2023, naik 26 persen dari tahun 2022, dengan nilai aset yang menurun menjadi Rp 12,85 triliun. Sementara ekuitas juga turun menjadi Rp 6,2 triliun.
Penurunan juga terlihat dari kontribusi sektor pajak kepada Pemerintah Daerah Kepulauan Bangka Belitung, dari Rp 725 miliar di 2021, turun menjadi Rp 625 miliar di 2022, menjadi hanya Rp 429 miliar di 2023.
"Begitu juga kontribusi sektor pajak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kita juga mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir termasuk kewajiban PPh 21, PPh 23, dan PPN juga mengalami penurunan," pungkas Ahmad.