Pendapatan Turun 5,7 Persen, Laba Pertamina Stagnan Rp 35,8 Triliun di 2019

18 Juni 2020 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan bermotor mengisi bahan bakar di SPBU Pertamina. Foto: dok. pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan bermotor mengisi bahan bakar di SPBU Pertamina. Foto: dok. pertamina
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba bersih USD 2,53 miliar atau setara Rp 35,8 triliun (kurs Rp 14.146) sepanjang 2019. Perolehan laba ini tak mengalami kenaikan jika dibandingkan 2018 yang juga mencetak USD 2,53 miliar.
ADVERTISEMENT
Sedangkan total pendapatan usaha Pertamina tahun lalu tercatat sebesar USD 54,58 miliar. Jumlah ini turun 5,7 persen dibandingkan 2018 yang berhasil meraup pendapatan USD 57,93 miliar. Untuk jumlah aset, perusahaan mencatat USD 67,08 miliar.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, perekonomian sepanjang 2019 masih mengalami tekanan sejalan dengan dinamika global. Beberapa hal yang mempengaruhi kinerja sektor migas seperti nilai ICP yang masih cukup tinggi di level USD 62 per barel dan kurs yang cenderung menguat di kisaran Rp 14.146.
“Dengan dinamika dan tantangan bisnis selama 2019, kami bersyukur Pertamina dapat menorehkan berbagai pencapaian dan mempertahankan laba bersih stabil, sama dengan tahun sebelumnya,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (18/6).
Laporan keuangan untuk kinerja 2019 ini telah disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan yang dilaksanakan hari ini di Jakarta.
ADVERTISEMENT
RUPST ini juga, Kementerian BUMN sebagai pemegang saham juga memutuskan setoran dividen tunai sebesar Rp 8,5 triliun. Dividen ini meningkat 7 persen dibandingkan setoran dividen tahun lalu yang sebesar Rp 7,95 triliun.
Kata Fajriyah, pencapaian kinerja keuangan ini juga dipengaruhi sejumlah pencapaian penting yang didukung peningkatan kinerja operasi dan efisiensi dari berbagai inisiatif. Lalu, langkah terobosan yang dilakukan untuk mewujudkan pencapaian visi perusahaan menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.
Berdasarkan data pada Laporan Tahunan 2019, Pertamina konsisten untuk terus mewujudkan ketahanan energi nasional, dimulai dari survei seismik yang masif untuk menemukan cadangan migas baru yang diharapkan sebagai giant discovery bagi Indonesia.
Selanjutnya, meskipun tanpa major akuisisi, Pertamina mampu mempertahankan produksi migasnya pada tahun 2019 melalui kegiatan operasional yang intensif yaitu pengeboran 322 sumur pengembangan, 14 sumur eksplorasi dan melakukan 751 kegiatan workover, serta 13.683 well services.
ADVERTISEMENT
“Saat ini, Pertamina telah memiliki lapangan migas yang yang tersebar di 13 negara di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa. Dari lapangan tersebut, kami berharap dapat mendukung aspirasi Pemerintah mencapai 1 juta BOPD dan 4 ribu MMSCFD di tahun 2024,” kata Fajriyah.
Terminal BBM Plumpang. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Untuk mendukung ketahanan ekonomi negara, pada tahun 2019, menurut Fajriyah, Pertamina juga mencatat capaian penting dengan adanya penurunan nilai impor crude sebesar 35 persen dan produk sebesar 11 persen. Langkah ini dapat menghemat devisa sebesar USD 7,3 miliar atau Rp109 triliun.
Sejak awal 2019, Pertamina juga telah menyetop impor Solar dan Avtur pada Februari dan Maret. Bahkan, saat ini Pertamina mencatat volume penjualan Avtur di pasar luar negeri yang terus meningkat mencapai 754 ribu kiloliter dan melayani maskapai domestik dan international di 40 bandara dari 20 negara.
ADVERTISEMENT
“Untuk menekan impor migas, Pertamina juga terus melanjutkan komitmen implementasi B30 lebih cepat pada November 2019, yang target pada Januari 2020,” imbuhnya.
Fajriyah menambahkan, Pertamina juga terus memperluas akses pelayanan energi untuk menjangkau seluruh pelosok negeri. Sampai dengan akhir 2019 Pertamina berhasil menyelesaikan 161 titik BBM 1 harga yang tersebar di wilayah 3 T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) di seluruh Indonesia. Angka ini pun melebihi target yang ditetapkan Pemerintah dan berdampak semakin banyak masyarakat di wilayah 3T yang dapat menikmati harga BBM yang sama dengan daerah lainnya.
Untuk memperluas jangkauan layanan, Pertamina pun membangun 48 Pertashop dan 253 km tambahan jaringan pipa gas, sehingga saat ini mencapai lebih dari 10.000 KM jaringan pipa gas terpanjang di Asia Tenggara untuk penyediaan gas industri & hampir 400.000 Jargas sambungan rumah tangga yang meningkat 22 persen dari tahun 2018. Tak lupa, pembangunan 21 lokasi storage TBBM, 8 Lokasi storage Avtur dan 2 Kapal General Purpose pun dijalankan untuk memastikan keandalan suplai dan distribusi BBM di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada pelaksanaan proyek, tahun 2019 Pertamina tetap mengejar penyelesaian Proyek Strategis pengembangan dan pembangunan kilang baru. Pada pertengahan tahun 2019, Pertamina telah menuntaskan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) sehingga dapat meningkatkan kualitas produk BBM dari standar Euro 2 menjadi Euro 4, dan dengan volume produksi yang naik dari 1 juta barel menjadi 1,6 juta barel per bulan.
“Dengan kinerja operasional dan keuangan yang baik, Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 dan berada di peringkat 175 atau naik 78 tingkat dari sebelumnya di peringkat 253. Posisi ini akan menjadi kebanggaan bagi Pertamina dan Indonesia,” tandas Fajriyah.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
ADVERTISEMENT
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!