Penduduk RI Didominasi Gen Z dan Milenial, Peluang atau Malah Bumerang?

25 Januari 2021 8:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan sensus penduduk secara langsung ke permukiman warga di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (1/9). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan sensus penduduk secara langsung ke permukiman warga di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (1/9). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Indonesia masih berada di puncak bonus demografi. Kondisi tersebut bisa dilihat dari hasil sensus penduduk 2020 yang dilakukan Badan Pusat Statistik atau BPS, menunjukkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 271.349.889 jiwa.
ADVERTISEMENT
Dari jumlah itu, generasi Z dan milenial mendominasi penduduk Indonesia. Proporsi generasi Z sebanyak 27,94 persen dari total populasi dan milenial sebanyak 25,87 persen dari total populasi penduduk Indonesia.
Bonus demografi bisa menjadi peluang atau keuntungan karena gen Z dan milenial merupakan usia produktif. Namun, bisa saja menjadi bumerang karena banyak usia produktif harus diikuti dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang memadai.
Direktur Riset CORE, Piter Abdullah, menjelaskan setiap tahun ada dari milenial dan gen Z yang masuk ke angkatan kerja baik yang lulus SMA maupun perguruan tinggi. Untuk itu, Piter meminta pemerintah melakukan beberapa langkah seperti meningkatkan daya serap perekonomian terhadap angkatan kerja.
“Saat ini setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen hanya mampu menyerap sekitar 250 ribu angkatan kerja,” ujar Piter kepada kumparan, Senin (25/1).
Pabrik Yamaha di Indonesia Foto: dok. Istimewa
Piter menganggap, jumlah tersebut sangat kecil. Menurutnya untuk meningkatkan daya serap harus digencarkan investasi yang lebih diarahkan ke sektor-sektor manufaktur padat karya.
ADVERTISEMENT
Langkah kedua adalah meningkatkan kewirausahaan. Piter menuturkan dalam menciptakan lapangan kerja harus juga diawali dengan menciptakan pengusaha baru yang sebanyak-banyaknya.
“Untuk mendorong poin 1 dan 2 di atas pemerintah harus mempermudah proses investasi dan atau mempermudah mereka yang ingin merintis usaha,” terang Piter.
Piter merasa pemerintah sudah berupaya menjawabnya dengan adanya UU Cipta Kerja. Namun, ia menegaskan omnibus law saja belum cukup karena harus juga diikuti dengan menurunkan suku bunga kredit hingga menghilangkan high cost economy.
Piter menegaskan kunci dari upaya memanfaatkan bonus demografi adalah penciptaan lapangan kerja. Jangan sampai angkatan kerja membeludak tetapi lapangan kerja tidak ada.
“Tantangannya adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja bagi kelompok milenial dan gen Z yang jumlahnya sangat besar,” tutur Piter.
ADVERTISEMENT