Pengakuan Bos PTBA: 100 Tahun Hanya Keruk Tambang Batu Bara dan Sumbang Polusi

21 Oktober 2020 12:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (Persero) atau PTBA, Arviyan Arifin, mengakui selama ini perseroan hanya mengeruk batu bara dari alam untuk dijual tanpa ada nilai tambahnya. Aktivitas ini dilakukan sejak perusahaan berdiri 100 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Arviyan mengungkapkan, pertama kali perusahaan menambang di tahun 1800. Lokasinya di Sawahlunto. Batu bara yang keruk dari bumi langsung dibakar di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk menghasilkan listrik yang menimbulkan polusi udara.
"Selama ini yang kami lakukan, PTBA kan udah 100 tahun ya, sejak zaman Belanda sudah menambang. Itu langsung dipakai dibakar di PLTU yang timbulkan polusi tinggi, efek global warming, dan tidak ada nilai tambah. Hanya menggali, mengangkut, dan menjual. Selesai," kata dia dalam diskusi Tempo Energy Day 2020 secara virtual, Rabu (21/10).
Selama ini, batu bara yang dikeruk di dalam bumi Indonesia memang hampir semuanya dialihkan ke pembangkit listrik dalam negeri dan diekspor. Porsi batu bara dalam bauran energi listrik nasional di atas 50 persen atau mayoritas dibandingkan sumber energi listrik dari minyak, gas, dan energi terbarukan.
ADVERTISEMENT
Menyadari bisnis modelnya selama ratusan tahun tidak memiliki nilai tambah, PTBA pun mulai beralih melirik bisnis hilirisasi batu bara sesuai dengan arahan pemerintah. Hilirisasi ini dilakukan dengan mengubah batu bara menjadi gas untuk bahan baku LPG yang selama ini 75 persen impor.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin. Foto: Ela Nurlaela/kumparan
PTBA pun sudah menjajaki kerja sama hilirisasi gasifikasi ini dengan perusahaan asing. Rencananya tahun depan PTBA akan memulai EPC untuk hilirisasi gasifikasi batu bara dengan produk DME sebagai bahan baku LPG.
"Apabila ini berhasil, kita bisa lakukan hilirisasi lebih jauh lagi. Sebab di China, produk ini bisa diturunkan untuk avtur dan produk petrokimia untuk kurangi impor minyak ya," ujarnya.
Model bisnis PTBA yang hanya mengeruk tambang batu bara dari perut bumi dan tidak memiliki nilai tambah sama sekali, pernah disinggung oleh Rini Soemarno pada 2018. Rini yang saat itu menjabat Menteri BUMN, menyindir agar PTBA tak hanya mengeruk batu bara tanpa ada melakukan gasifikasi.
ADVERTISEMENT