Pengamat Sarankan Maskapai Maksimalkan Bisnis Kargo hingga Renegosiasi Kontrak

31 Mei 2021 18:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja cargo menurunkan Envirotainer berisi vaksin corona Sinovac dari pesawat Garuda Indonesia setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (2/3/2021). Foto: Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja cargo menurunkan Envirotainer berisi vaksin corona Sinovac dari pesawat Garuda Indonesia setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (2/3/2021). Foto: Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Maskapai penerbangan di Indonesia sedang terpuruk karena dampak pandemi COVID-19. Ancaman merugi hingga bangkrut tidak bisa dihindari, apalagi sampai saat ini bisnis belum berjalan maksimal.
ADVERTISEMENT
Manajemen perusahaan harus menyiapkan strategi untuk mengatasinya. Pengamat Penerbangan Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati mengatakan, salah satu langkah yang bisa diambil adalah bisnis logistik.
“Pandemi ini yang booming adalah bisnis logistik, e-commerce dan lain-lain. Negara kita adalah negara kepulauan dengan didukung seratusan mulai bandara kecil sampai bandara besar kelas utama bisa dioptimalkan bisnis kargo,” kata Arista saat dihubungi kumparan, Senin (31/5).
Arista merasa bisnis kargo juga bisa maksimal dengan adanya izin khusus dari Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang membolehkan maskapai mengubah pesawat penumpang menjadi pesawat kargo.
Arista merasa kebijakan itu bisa juga membuat maskapai memenuhi permintaan pengiriman berbagai kebutuhan di Singapura hingga China.
“Beberapa negara Asia di China, Jepang, Hongkong, Singapura butuh ikan, sayuran, buah-buahan dari Indonesia yang garap ekspor. Pulang dari luar negara bisa bawa mesin dan lain-lainnya yang sejenis,” ujar Arista.
Konferensi pers Serikat Bersama PT Garuda Indonesia menyikapi opsi pensiun dini dari perusahaan, Jumat (28/5). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Selain dari segi bisnis, Arista menyarankan maskapai harus mau merampingkan organisasi di pusat dan daerah. Dalam permasalahan itu, ia menganggap Garuda Indonesia termasuk gemuk dari segi organisasi.
ADVERTISEMENT
Arista menganggap saat ini pekerjaan juga bisa dilakukan secara remote atau dikontrol dari jarak jauh. Sehingga maskapai harus bisa memanfaatkannya.
“Renego semua kontrak-kontrak yang ada di semua lini. Lakukan analisa beban kerja all staff. Pejabat-pejabat harus punya sense of crisis. Ini mobil VP-VP ke atas kok mayoritas Fortuner, Alphard. Ganti Innova saja sebagai bentuk rasa prihatin dan punya empati kondisi perusahaannya,” tutur Arista.