Pengamat Soal Kalung Antivirus Corona Mau Diperbanyak: Hamburkan Uang Negara

4 Juli 2020 14:16 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat  menggelar pertemuan. Foto: Kementerian Pertanian
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat menggelar pertemuan. Foto: Kementerian Pertanian
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian (Kementan) akan memperbanyak produksi kalung yang diklaim dapat membunuh virus corona mulai bulan depan.
ADVERTISEMENT
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, pihaknya telah meracik ramuan antivirus dengan menggunakan bahan baku dalam negeri, salah satunya pohon kayu putih. Adapun antivirus dengan bentuk kalung ini merupakan hasil riset dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Meski demikian, Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah, menilai rencana pemerintah untuk memperbanyak produksi kalung tersebut hanya menghamburkan anggaran. Seharusnya saat ini pemerintah fokus untuk penanganan pandemi.
"Itu sebenarnya kebijakan yang keliru. Kedua, itu pemborosan anggaran, membuang anggaran saja," ujar Trubus kepada kumparan, Sabtu (4/7).
Dia melanjutkan, ranah kesehatan publik seperti ini seharusnya dipegang oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sehingga menurutnya, akan salah tupoksi jika Kementan akan memproduksi kalung yang diklaim dapat membunuh virus corona.
ADVERTISEMENT
"Kalau pun ini benar, ya harusnya ini dikoordinasikan ke Kemenkes. Nanti Kemenkes akan mengeluarkan surat edaran atau Permenkes, disosialisasikan ke masyarakat, dari pemerintah pusat ke pemda, jadi enggak seperti ini main mau produksi massal," jelasnya.
Kalung anti-corona buatan Kementan. Foto: Dok. Kementan
Trubus menilai, ada indikasi lain dari pernyataan Mentan tersebut. Salah satunya terkait isu reshuffle yang saat ini tengah beredar.
"Justru ini seperti bentuk yang dikatakan presiden, menteri-menteri yang kurang inilah, sambungannya ke sana. Dia mau menutupi, ini loh saya, ada syahwat pencitraan," jelasnya.
Namun jika dilihat dari sisi positif, penelitian yang dilakukan tersebut termasuk salah satu inovasi yang cukup baik. Namun, perlu dikembangkan lebih lanjut sehingga tak menimbulkan persepsi yang salah di masyarakat.
"Jangan sampai jadinya seperti pembodohan publik. Tapi ini kan kita apresiasi inovasinya. Ingat juga, masyarakat kita itu kalangannya berbeda, pendidikan dan tempatnya berbeda, jangan sampai ini membodohi publik yang tidak tahu," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, pihaknya telah meracik ramuan antivirus dengan menggunakan bahan baku dalam negeri, salah satunya pohon kayu putih.
“Ini antivirus hasil Balitbangtan, eucalyptus, pohon kayu putih. Dari 700 jenis, satu yang bisa mematikan corona hasil lab kita. Dan hasil lab ini untuk antivirus. Dan kita yakin. Bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak,” ujarnya di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Jumat (3/7).
Syahrul menyebut, antivirus sudah dilakukan uji coba dan berhasil membunuh virus corona secara bertahap. “Ini sudah dicoba. Jadi ini bisa membunuh,” sambungnya.
“Kalau kontak 15 menit, dia bisa membunuh 42 persen dari corona. Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80 persen. Ini ada roll-nya. Kalau kita kena iris pisau, berdarah, kasih ini bisa tertutup lukanya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Balitbang Kementan, Fajry Jufri menjelaskan bahwa penelitian ini sebenarnya adalah hasil identifikasi melalui beberapa tanaman herbal dari jamu-jamuan, seperti temulawak, jahe, jambu biji, dan minyak atsiri.
Kemudian setelah dilakukan uji efektivitas bahan aktif yang terkandung di dalamnya, maka langkah selanjutnya adalah membawa hasil penelitian ke laboratorium. Baru setelahnya inovasi ini bisa dikatakan sebagai produk kekebalan tubuh dan tahan terhadap paparan virus corona.
"Kami sudah mencobanya kepaduan yang terpapar virus COVID-19 dan hasilnya sangat baik. Namun untuk itu kita masih harus menunggu untuk dapat didistribusikan," katanya.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.