Penggunaan Mata Uang China Makin Marak, Mampukah Geser Dolar AS?

25 Juli 2019 14:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendiri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal di BOC CFO Forum 2019 di Building Energy SCBD, Jakarta, Kamis (25/7). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pendiri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal di BOC CFO Forum 2019 di Building Energy SCBD, Jakarta, Kamis (25/7). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah China terus menggalakkan penggunaan mata uang China (RMB) untuk alat pembayaran skala lokal dan global.
ADVERTISEMENT
Tak elak, RMB makin marak di berbagai sektor seperti perdagangan serta berbagai program modal pembangunan yang melibatkan China. Lantas, akankah RMB bisa menggeser dolar AS sebagai mata uang global?
Pendiri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal menilai, dolar AS tak serta merta dapat tergeser dominasinya, termasuk oleh RMB.
“Saya tak melihat dalam jangka pendek dolar (AS) akan tergantikan, karena dolar (AS) masih raja karena sebagian besar transaksi internasional dolar,” ujarnya ketika ditemui di Energy Building, Jakarta, Kamis (25/7).
Meski begitu, Dino tak memungkiri geliat RMB bisa kian masif ke depannya. Pasalnya, China saat ini semakin gencar mendorong penggunaan RMB kepada para mitra dagangnya.
Pengaruh mata uang Negeri Tirai Bambu itu, kata Dino, saat ini juga makin tampak dalam dunia internasional. Misalnya saja terhadap mata uang Eropa, euro.
ADVERTISEMENT
“Pengaruh RMB makin besar. Contoh nilai euro misalnya, sekarang sudah tergantung atau terpengaruh pada pertukaran RMB. Jadi kalau RMB naik, dolar (euro) naik. Dolar RMB turun, (euro) juga turun. Lambat laun akan terjadi internalisasi RMB,” paparnya.
Bagaimana dengan Indonesia?
RMB juga semakin merambah ke Indonesia. Berbagai kerja sama yang dilakukan baik pemerintah maupun swasta dengan pihak China memungkinkan untuk itu.
Seiring pembangunan Indonesia yang terus digenjot maka peluang RMB ke depan semakin besar. Lantas, apa yang harus dilakukan RI?
Ilustrasi Mata Uang Yuan Foto: REUTERS/Petar Kujundzic
Dino menekankan, pihak Indonesia harus mau terbuka mempelajari seluk beluk RMB, mulai prospek hingga risikonya.
“Memang perbedaan RMB dan dolar (AS) adalah kalau dolar floatingnya lebih bebas dan terbuka. Kalau RMB terkontrol oleh Tiongkok. Dan belum ada open capital account istilahnya, sementara USD ada,” terang dia.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang juga perlu menjadi perhatian, menurutnya ialah penggunaan RMB lebih baiknya digunakan untuk kerja sama dengan perusahaan China yang berskala kecil ke menengah.
Ia menjelaskan, perusahaan China yang masih skala kecil relatif tak begitu terafiliasi dengan perbankan internasional yang menggunakan dolar AS. Maka, penggunaan RMB di perbankan China menjadi andalan.
“Jadi kalau kita mau menggaet perusahaan Tiongkok dengan skala menengah ke bawah, penggunaan RMB lebih menjanjikan,” ujarnya.