Pengusaha Curhat Hambatan Ekspor Mebel dan Kerajinan RI Tahun Ini
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan, target satu digit tersebut realistis dan dapat dilampaui.
“Dari target kita 8 persen besar kemungkinan, dapat terlampaui, bila kondisi semester I cukup signifikan,” katanya kepada kumparan, Selasa (3/7).
Sobur menyebut saat ini kendala yang membuat kinerja ekspor mebel dan kerajinan kurang optimal. Beberapa persoalan yang disebut Sobur seperti adanya kelangkaan kontainer yang diikuti dengan melambungnya biaya freight cost.
Belum lagi hambatan proses pengurusan Sertifikat, Laik Fungsi, masih berlakunya Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang menambah beban biaya,” jelas Sobur.
Ia menuturkan persoalan lain yang juga kerap kali membuat kinerja ekspor produk mebel dan kerajinan terhambat, yaitu seperti stabilitas harga dan pasokan kayu, kelangkaan bahan baku rotan akibat.
ADVERTISEMENT
“Masalah lain yang juga mengganggu aktivitas industri adalah izin keimigrasian bagi Inspektor buyer luar negeri dan razia Limbah B3,”
Pada semester I tahun 2021, ekspor mebel dan kerajinan meningkat signifikan yakni 35,41 persen secara tahunan di mana dari kenaikan tersebut kelompok produk mebel mengalami kenaikan 39,98 persen dan kelompok produk kerajinan naik 24,87 persen.
“Namun di sisi lain impor juga terus merangkak naik sehingga pada saat tertentu bisa menggerus pangsa pasar industri lokal,” jelasnya.
Berdasarkan data Himki, sepanjang semester I 2021, impor mebel naik 36,34 persen dan kerajinan naik 20,28 persen. Meski nilai impor masih terbilang kecil namun dikhawatirkan akan terus meningkat.
Negara asal impor terbesar berasal dari Tiongkok 76,9 persen, sisanya berasal dari Thailand, Jepang, Malaysia, Vietnam, Italia, Jerman, Singapura, Taiwan dan Korea Selatan.
ADVERTISEMENT