Pengusaha Khawatir Beban Produksi Meningkat Imbas Konflik Iran-Israel

16 April 2024 13:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani usai acara Kick Off Pengusaha Mengajar di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (31/1/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani usai acara Kick Off Pengusaha Mengajar di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (31/1/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai dampak eskalasi konflik Iran dan Israel kepada industri di Indonesia belum terlihat, sebab kegiatan manufaktur baru mulai produktif setelah libur panjang Idul Fitri 1445 H.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, menjelaskan kondisi di dalam negeri berbeda dengan negara lain yang ekonominya sudah terdampak konflik Iran dan Israel secara instan.
"Pada prinsipnya sedang tertahan untuk Indonesia karena kita baru mulai hari ini produktif beroperasi. Dampak negatif ke industri manufaktur secara riil mungkin akan delay sekitar 2-6 minggu ketika industri mulai restock bahan baku/penolong impor pasca periode produksi Ramadan-Idul fitri," jelasnya kepada kumparan, Selasa (16/4).
Shinta mensinyalir dampak konflik tersebut lebih terlihat dalam bentuk risiko capital flight, atau larinya arus modal keluar dari Indonesia, di pasar saham serta melemahnya nilai tukar Rupiah.
Selain itu, dampak lainnya adalah beban produksi meningkat karena kenaikan harga minyak mentah dan energi lain, serta biaya logistik imbas gangguan rantai pasok global karena konflik.
Ilustrasi pabrik tekstil. Foto: Getty Images
"Kami mengkhawatirkan pelaku usaha akan membatasi produksi atau terpaksa menciptakan kenaikan harga pasar," ungkap Shinta.
ADVERTISEMENT
Dia mengakui, kondisi tersebut membuat pelaku usaha tidak memiliki banyak opsi untuk mencegah risiko volatilitas selain peningkatan efisiensi beban usaha untuk mencegah potensi kenaikan beban overhead cost yang berlebihan dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Shinta berharap pemerintah turun tangan agar risiko capital flight lebih terkendali dan arus investasi asing (foreign direct investment/FDI) tidak terhambat.
"Kami berharap pemerintah bisa menciptakan langkah-langkah untuk meningkatkan confidence pelaku usaha dan investor terkait kondisi stabilitas makro dan kondusifitas iklim usaha/investasi nasional," pungkas Shinta.