Pengusaha Sawit RI Desak India Turunkan Bea Masuk

30 Mei 2018 21:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memuat kelapa sawit ke dalam truk (Foto: AFP PHOTO / Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memuat kelapa sawit ke dalam truk (Foto: AFP PHOTO / Adek Berry)
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah menyampaikan keberatan atas langkah India yang menaikkan bea masuk bagi impor minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sebesar 44% dan turunannya sebesar 54%. Sebab, kenaikan bea masuk impor ini akan memukul pebisnis kelapa sawit asal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sempat menyinggung masalah ini saat menerima kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi di Istana Merdeka hari ini.
Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Togar Sitanggang, mengatakan bahwa kenaikan bea masuk CPO tersebut membuat ekspor sawit Indonesia ke sana menurun.
Pada April ini, ekspor minyak sawit Indonesia ke India tergerus 15% dari 408,65 ribu ton di Maret menjadi 346,28 ribu ton. Secara year on year, pada caturwulan pertama 2018 ekspor sawit ke India tergerus 24%. Ekspor ke India tercata berkurang 570,89 ribu ton dari 2,37 juta ton di Januari-April 2017 menjadi 1,80 juta ton pada Januari-April 2018.
"Krusial untuk penurunan tarif kita, bagi ekspor kita ini krusial. Karena beberapa bulan terakhir sudah terlihat penurunan ekspor dari Indonesia ke India. Karena tarif impor, mulai Maret ke April sudah terlihat. April kerasa banget. Kita prediksi Mei juga turun lagi," kata Togar saat ditemui di Hotel Shangri La, Jakarta, Rabu (30/5).
ADVERTISEMENT
Togar menambahkan, kenaikan bea masuk untuk CPO ini juga tidak adil karena minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari dan minyak kedelai tidak dinaikkan bea masuknya.
"Kita dari bisnis juga minta diturunin karena itu kenaikan terakhir hanya CPO dan turunan yang naik. Sementara soybean dan sunflower itu tidak naik. Ini kan tidak salah kenaikan yang ketiga kali. Pertama dan kedua sama-sama naik CPO, sunflower dan soybean. Dulu juga begitu, tapi yang ketiga hanya CPO yang naik," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, ekspor sawit Indonesia menunjukkan rapor merah pada Januari-April 2018. Tercatat, untuk ekspor CPO dan produk olahannya (biodiesel, oleofood, dan oleochemical) turun sebesar 4% atau dari 10,7 juta ton pada Januari-April tahun lalu menjadi 10,2 juta ton di periode yang sama tahun ini.
ADVERTISEMENT