Pengusaha Was-was Terdampak Kenaikan Tarif Listrik hingga Harga Pangan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Maulana Yusran mengakui bahwa sektor perhotelan dan restoran sudah mulai menunjukkan tren perbaikan secara okupansi.
"Secara okupansi, kita kondisinya jauh lebih baik dari 2021. Kalau bicara hotel, Januari-Maret tingkat okupansi nasional tumbuh 7 persen," ujar Maulana kepada kumparan, Sabtu (18/6).
Menurut Maulana, rata-rata nasional okupansi sektor perhotelan dan restoran memang sudah mulai mencapai angka 40 persen. Ini belum maksimal lantaran meski sudah ada kegiatan pemerintah dan korporasi yang digelar di hotel, jumlahnya tak seramai masa-masa sebelum pandemi.
Para pengusaha pun masih was-was dengan daya tahan operasional dan keberlanjutan pemulihan. Sejumlah faktor dikhawatirkan bakal berdampak pada operasional industri ini.
"Upaya pemulihan itu suka tidak suka ada tantangan cukup berat. Pertama kenaikan harga bahan pokok, kenaikan harga minyak. Termasuk potensi kenaikan tarif listrik dan PPN," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Maulana menjelaskan, sejumlah soal yang dijelaskan di atas jadi faktor penentu lain selain tingkat okupansi. Selain itu, juga karena kemampuan penyerapan tenaga kerja belum sepenuhnya normal saat ini.
"Dari sisi finansial juga harus sehat, kemudian ketenagakerjaannya jadi poin untuk bisa diserap kembali. Saat ini poinnya belum masuk sampai sejauh itu," ujar Maulana.
"Kemudian yang berubah saat ini, sekarang sudah mengenal fungsi digital, online meeting, dan ini pasti akan menyentuh dampak industri hotel dan restoran, serapan tenaga kerja juga akan terganggu," tambahnya.