news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Penjelasan BI Soal Rupiah Melemah ke Rp 14.522 per Dolar AS

3 Juli 2020 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah melemah sepanjang pekan ini. Turunnya kinerja kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah terjadi sejak tanggal 26 Juni 2020. Rupiah terus melemah, hingga berada pada posisi terendahnya hari ini di Rp 14.522,50 atau turun 145 poin (1,01 persen). Sejak awal tahun, mata uang Garuda ini telah tertekan 4,74 persen.
ADVERTISEMENT
Lantas apa pemicu melemahnya nilai tukar rupiah?
Bank Indonesia (BI) menyebut adanya aliran dana asing keluar dari pasar keuangan berkontribusi terhadap posisi rupiah hari ini. Menurut data BI, investor asing menjual instrumen investasinya Rp 7,81 trilun pada periode 29 Juni - 2 Juli 2020. Sementara itu, premi Credit Default Swaps (CDS) Indonesia periode 5 tahun turun dari 131,47 bps menjadi 121,68 bps per 2 Juli 2020.
Sentimen lainnya adalah angka inflasi yang rendah pada bulan Juli 2020, yakni 0,04 persen (month-to-month/mtm). Artinya daya beli masyarakat rendah. Angka inflasu bulan Juli ini lebih rendah dari bulan sebelumnya. Selain itu, kasus COVID-19 yang belum tuntas juga berkontribusi menekan kinerja rupiah.
Dari sentimen luar negeri, imbal hasil atau yield US Treasury untuk tenor 10 tahun naik ke level 0,669 persen sehingga ikut memicu aliran modal keluar Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko dalam keterangan tertulisnya, Jumat (3/7).