Penjelasan Dirut Krakatau Steel soal Kerugian yang Melejit

4 November 2019 12:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Industri baja milik negara, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), kembali merugi. Pada sembilan bulan pertama di 2019 ini, KRAS mencatat rugi sebesar USD 211,912 juta atau sekitar Rp 2,96 triliun (kurs Rp 14.000). Angka itu naik hampir lima kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Pada kuartal III 2018, kerugian Krakatau Steel sebesar USD 37,382 juta atau sekitar Rp 523,34 miliar.
Direktur Utama KRAS Silmy Karim buka suara soal makin lebarnya kerugian perusahaan. Menurut dia, ada dua hal yang menyebabkan keuangan perusahaan masih terbebani.
Pertama, karena perusahaan masih fokus menyelesaikan restrukturisasi utang. Total utang yang direstrukturisasi perusahaan mencapai USD 2,2 miliar.
"Proses restrukturisasi kan puncaknya di semester I 2019. Enggak bisa sulap untuk proses restrukturisasi dan transformasi," kata dia kepada kumparan, Senin (4/11).
Saat ini, kata Silmy, sudah 78 persen restrukturisasi utang berhasil dilakukan. Sisanya, 22 persen masih perlu waktu untuk dibereskan ke kreditur.
Baja produksi Krakatau Steel. Foto: Dok. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Silmy menjanjikan 22 persen restrukturisasi utang Krakatau Steel tersebut bakal selesai pada kuartal IV 2019. Silmy mengaku bahwa restrukturisasi perlu waktu sebab masalah ini telah mendera perusahaan selama 10 tahun
ADVERTISEMENT
"Jadi enggak bisa diselesaikan instan. Yang diperbaiki di Krakatau Steel itu fundamentalnya, bukan sekadar make up tampilan luarnya saja," jelas dia.
Selain masalah restrukturisasi, persoalan kedua yakni perusahaan juga terbebani oleh impor baja China. Ini membuat penjualan dalam negeri terus turun.
Dalam laporan keuangan kuartal III 2019, penjualan produk baja di pasar lokal yang turun dari USD 1,09 miliar menjadi USD 776 juta. Sebaliknya, penjualan produk baja di pasar luar negeri tumbuh dari USD 33,206 juta menjadi USD 90,921 juta.
Penjualan domestik yang turun ini membuat pendapatan bersih sebesar USD 1,053 miliar atau sekitar Rp 14,7 triliun pada kuartal III-2019 turun dari kuartal III-2018 yang senilai USD 1,276 miliar atau Rp 17,8 triliun.
ADVERTISEMENT
"Banjir impor (baja) 1,5 tahun belakangan ini," terang Dirut Krakatau Steel itu.