Penjelasan Kementerian ESDM Belum Turunkan BBM Meski Harga Minyak Sempat Minus

22 April 2020 16:44 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi SPBU Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi SPBU Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah tidak kunjung menurunkan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi. Padahal, harga minyak dunia kian terpuruk hingga sempat negatif USD 37,91 per barel untuk harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang berakhir Mei. Harga minyak telah menyentuh level terendah dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Malaysia sudah menurunkan harga BBM sampai 6 kali. Dikutip dari globalpetrolprices.com, bensin RON 95 atau setara Pertamax Plus di Malaysia kini harganya hanya USD 0,28 per liter atau setara dengan Rp 4.400 per liter. Harga itu lebih murah dibanding BBM jenis Premium (RON 88) di Indonesia yang masih dijual Rp 6.450 per liter.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sejak 18 Maret 2020 alias lebih dari sebulan lalu sudah memberi arahan agar harga BBM diturunkan seiring dengan rendahnya harga minyak dunia. Kata Jokowi, harga BBM perlu diturunkan untuk meringankan beban masyarakat di tengah pandemi corona.
Harga minyak WTI sempat negatif di perdagangan bursa komoditas dunia. Foto: BP Global's Statistical Review of World Energy
Terkait hal ini, Kementerian ESDM mengaku masih mencermati perkembangan global sekaligus mempertimbangkan kondisi energi di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Terkait harga BBM, saat ini pemerintah masih mencermati dan mengevaluasi terkait perkembangan harga minyak, termasuk rencana pemotongan produksi minyak OPEC+ mulai bulan depan," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi seperti dikutip kumparan dari keterangan resminya, Selasa (22/4).
Agung menambahkan, pertimbangan lain yang dicermati adalah pelemahan kurs rupiah dan konsumsi BBM yang jauh menurun, bahkan di beberapa kota seperti Jakarta penurunan hingga 50 persen.
"Pemerintah memonitor perkembangan ini yang mana sebelumnya telah 2 kali dilakukan penurunan harga BBM JBU (Pertamax cs) pada awal tahun 2020. Saat ini harga BBM Indonesia masih merupakan salah satu yang termurah di Asia Tenggara dan beberapa negara di dunia lainnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, belum turunnya harga BBM karena kebijakan tersebut berada di tangan Kementerian ESDM. Pertamina sebagai BUMN juga tak bisa asal mengambil keputusan secara bisnis.
Nicke menjelaskan, biaya pokok produksi minyak mentah Pertamina di dalam negeri lebih tinggi 25 persen dibandingkan harga minyak dunia saat ini. Sudah setahun ini, Pertamina juga diminta menyerap 100 persen produksi minyak mentah dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Jika Pertamina berhenti membeli minyak mentah dalam negeri, maka kegiatan operasional KKKS di dalam negeri bisa terganggu. Ini akan menimbulkan efek tak sehat dalam bisnis hulu migas di dalam negeri. Karena itu, perusahaan meminta adanya insentif ke pemerintah agar bisa membeli minyak dari dalam negeri dengan harga murah.
ADVERTISEMENT
"Dan crude dalam negeri kan rata-rata memang lebih tinggi. Ini kita lagi diskusikan dengan Kementerian ESDM bagaimana supaya kami tetap menyerap tapi diberikan relaksasi harga, ini sedang dilakukan," ujarnya.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Hal sama juga terjadi pada biaya pokok produksi BBM Pertamina dari kilang sendiri yang tidak mungkin bisa lebih murah dari harga BBM impor saat ini.
Dari kacamata bisnis, kata dia, memang saat ini lebih baik menutup semua kilang dan impor BBM saja. Tapi, sebagai BUMN, perusahaan tak bisa melakukan itu. Menutup semua kilang akan berdampak pada nasib puluhan ribu karyawan Pertamina.
"Jadi antara keputusan bisnis dan keputusan Pertamina sebagai BUMN motor penggerak ekonomi nasional sekarang jadi berbeda. Tapi kami harus cari jalan tengah. Bagi kami sih secara bisnis, lebih baik kami stop saja kilang, tapi tidak bisa. Jadi kami coba balance peran secara bisnis yang bisa berikan terbaik ke masyarakat," tutupnya.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona