Penjelasan Pemerintah soal Wisma Atlet Kemayoran yang Jadi Kota Hantu

24 Januari 2020 10:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Sepi Wisma Atlet Kemayoran. Foto:  Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Sepi Wisma Atlet Kemayoran. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak masyarakat menyayangkan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, kini sepi bak kota hantu dan belum juga dihuni. Padahal saat perhelatan besar Asian Games 2018, wisma ini dijadikan tempat menginap para atlet dari berbagai negara.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid menjelaskan, saat ini Wisma Atlet Kemayoran masih dalam proses serah terima ke pemilik aset, Sekretariat Negara (Setneg). Dalam proses yang cukup memakan waktu ini, Kementerian PUPR akan memastikan seluruh aset dan fasilitas dalam kondisi baik.
“Ini prosesnya enggak gampang, ada audit fisik. Kami cek satu per satu kondisinya setelah dipakai, kan ada yang perlu diperbaiki lagi. Sambil menunggu serah terima. Ada audit fisiknya, keuangan, macam-macam yang kami cek,” ujar Khalawi saat berbincang kepada kumparan, Rabu (22/1).
Suasana Sepi Wisma Atlet Kemayoran. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Wisma Atlet Kemayoran merupakan aset mewah. Pembangunannya menelan biaya hingga Rp 3,4 triliun. Ada sepuluh tower dan total 7.426 unit. Pemerintah mengaku sangat hati-hati mengelola bangunan ini.
ADVERTISEMENT
Dalam satu unit di Wisma Atlet, terdapat beberapa aset, mulai dari tempat tidur, AC, meja dan kursi, kamar mandi, wastafel, hingga dapur.
“Semuanya masih normal, kami cek semua satu-satu, ini yang bikin lama kan sebenarnya. Kalau ada satu yang rusak, kami perbaiki, kami lihat pompa airnya, AC-nya, ini harus dipastikan semua berfungsi normal saat nanti serah terima,” jelasnya.
Suasana di halam depan Wisma Atlet Kamayoran, Jakarta Pusat, Senin (20/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Khalawi menegaskan, saat ini Wisma Atlet Kemayoran hanya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu dan seizin Setneg. Sehingga jika kini keadaannya dinilai sepi seperti ‘Ghost Town,’ kata Khalawi, karena memang belum ada payung hukumnya.
“Ya kan payung hukumnya juga belum ada. Makanya ini juga sedang kami siapkan. Tapi kami pastikan ini dirawat,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Pemerintah pun tak bisa sembarangan memanfaatkan Wisma Atlet, termasuk disewakan di aplikasi sewa penginapan.
“Ya enggak bisa dong. Kalau mau disewakan di aplikasi gitu ya enggak bisa. Bisa jadi temuan BPK nanti. Payung hukum belum ada. Jadi ya kita tunggu sampai serah terima selesai, baru nanti kewenangan Setneg, mau diapakan Wisma Atlet itu,” tuturnya.
Suasana di halam depan Wisma Atlet Kamayoran, Jakarta Pusat, Senin (20/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Wisma Atlet, kata Khalawi, pernah menjadi hunian sementara untuk menampung personel Brimob yang berasal dari berbagai daerah saat Pilpres 2019.
“Kalau ada event tertentu nasional dan internasional, atau kayak tahun lalu ada pengamanan, untung ada (Wisma Atlet), kalau enggak ada di mana? Ini kan memadai untuk menampung puluhan ribu pasukan saat itu,” jelas Khalawi.
ADVERTISEMENT
Untuk memastikan seluruh aset di Wisma Atlet masih dalam kondisi baik, PUPR pun rela merogoh kocek yang sangat dalam. Sebulan, total biaya untuk pemeliharaannya sekitar Rp 500-800 juta.
Suasana Sepi Wisma Atlet Kemayoran. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
“Itu untuk listrik aja bisa Rp 500 juta, ya totalnya Rp 500-800 juta lah. Ada lift yang harus dihidupkan, mesinnya, air, kami cek terus ini harus berfungsi normal,” katanya.
Khalawi pun berharap, payung hukum dan serah terima Wisma Atlet Kemayoran bisa segera rampung. Sehingga aset mewah itu tak lagi sepi dan bisa dimanfaatkan banyak orang.
“Kami jaga aset ini. Karena ini aset negara, enggak boleh sembarang orang, karena ini bukan aset kita. Mudah-mudahan lah ini cepat selesai ya prosesnya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT