Suasana meet & Grill steak hotel by holycow! di kantor kumparan

Penjualan Anjlok 90 Persen, Ini Strategi Holycow Bertahan Saat Pandemi

27 Oktober 2020 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Steak holycow! Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Steak holycow! Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengusaha di bidang food and beverages (F&B), termasuk para pemilik restoran kini harus berjuang mati-matian untuk bertahan menghadapi dampak pandemi COVID-19. Sebab seperti diketahui, semenjak pandemi mewabah, penjualan restoran turun drastis karena layanan dine-in dibatasi bahkan dilarang sebagai dampak dari adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut juga dialami oleh restoran steakhouse ternama di Indonesia, Holycow Group, yang penjualannya anjlok hingga 90 persen sejak pandemi. Founder & CEO Holycow Group, Afit Dwi Purwanto bahkan menganalogikan kondisi ini seperti bencana tsunami bagi industri restoran.
“(Kondisi) Ini kalau saya bilang lebih kayak kena tsunami. Dalam over night semua langsung runtuh. Kebetulan bisnis yang saya bangun termasuk subsektor pariwisata yang sangat terdampak pandemi. Jadi bener-bener kayak kena air bah. Penjualan drop sampai 90 persen,” ungkap Afit dalam Festival UMKM kumparan, Selasa (27/10).
Holycow! By Chef Afit layani pesan dari parkiran. Foto: Dok. Holycow! By Chef Afit.
Menurutnya semenjak diberlakukannya PSBB di sejumlah daerah, konsumen dine-in berkurang sangat signifikan. Padahal pendapatan terbesar dari sebuah restoran masih didominasi dari layanan makan di tempat atau dine-in, terutama bagi Holycow yang mengusung konsep steakhouse.
ADVERTISEMENT
“Kalau steakhouse orang harus makan di resto. Jadi Holycow punya kesulitan tersendiri,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Afit juga mengatakan, Holycow kehilangan momen peak season yaitu pada Bulan Ramadhan lalu. Biasanya, saat Ramadhan tiba, volume penjualan dan pendapatan bisa terdongkrak.
Namun, ia tidak ingin larut dalam keterpurukan. Ia pun merevolusi sistem bisnis demi tetap bisa bertahan di masa pandemi. Caranya yaitu dengan mengubah konsep dari awalnya steakhouse menjadi menjual frozen food. Holycow saat ini beralih menjual daging steak ready to cook alias siap dimasak di rumah.
“Saya merevolusi cara bisnis. Gimana caranya Holycow survive tanpa orang harus datang ke resto. Kita jual di marketplace steak ready to cook,” ujarnya.
Ilustrasi steak Foto: Dok.Shutterstock
Menurut Afit, steak sebenarnya adalah makanan yang mudah dimasak karena kekuatan cita rasanya berada pada kualitas daging. Kesempatan ini pun diambil oleh Afit. Ia mencoba menyediakan daging yang sudah dimarinasi, dilengkapi bumbu sederhana dan dijual dalam bentuk frozen food.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadirkan produk baru tersebut, Afit mengubah sentra dapur milik Holycow dari yang awalnya untuk pemotongan daging kini beralih fungsi sebagai tempat packing.
“Kami ada center kitchen sendiri. Yang tadinya penggunaanya semua daging kita potong untuk kita distribusikan ke resto di seluruh Indonesia, ini saya switch penggunaannya jadi packaging. Daging frozen itu kita seasoning, packaging, sampai siap didistribusikan ke toko-toko,” ujarnya.
Afit mengakui penjualan ready to cook tersebut ampuh menyelamatkan keberlangsungan bisnis Holycow selama pandemi, sembari mengimbangi pemasukan dari layanan dine-in yang belum kembali normal. Afit pun optimistis bahwa ke depan, penjualan frozen food dengan memanfaatkan platform digital memiliki prospek yang cukup menjanjikan.
“Kami melihatnya adanya opportunity penjualan frozen food. Tentunya pemasukan terbesar restoran itu masih di dine in ya belum di online. Namun saya lihat trennya sudah cukup besar dan menjanjikan. Sampai saat ini yang paling laku tetap steak untuk sirloin dan tenderloin,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten