Penjualan Batu Bara Adaro 54,1 Juta Ton Sepanjang 2020, Turun 9 Persen

17 Februari 2021 10:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatat produksi batu bara sepanjang 2020 sebanyak Rp 54,53 juta ton. Realisasi ini lebih rendah 6 persen dibandingkan produksi pada periode yang sama di 2019 (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Turunnya produksi tahun lalu mempengaruhi realisasi penjualan yang turun 9 persen secara tahunan. Meski begitu, total produksi tahun lalu masih lebih tinggi sedikit dari volume yang ditargetkan perusahaan di rentang Rp 52 hingga 54 juta ton.
"Volume penjualan batu bara pada 2020 tercatat mencapai 54,14 juta ton, atau 9 persen lebih rendah yoy," demikian tertulis dalam rilis Adaro yang diterima kumparan, Rabu (17/2).
Sedangkan total pengupasan lapisan penutup pada 2020 mencapai 209,48 million bank cubic meter (mbcm) atau turun 23 persen yoy. Ini sejalan dengan panduan perusahaan untuk menurunkan nisbah kupas tahun ini.
Nisbah kupas AE pada tahun 2020 mencapai 3,84 kali, di bawah panduan nisbah kupas yang ditetapkan sebesar 4,30 kali. Cuaca yang kurang baik di hampir sepanjang tahun merupakan tantangan bagi perusahaan untuk mencapai panduan nisbah kupasnya.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari kuartalan, pada kuartal IV 2020, perusahaan memproduksi 13,43 juta ton dan menjual 13,39 juta ton batu bara atau masing-masing turun 3 persen dan 8 persen dibandingkan kuartal IV 2019.
Salah satu kendala yang menyebabkan produksi dan penjualan turun adalah cuaca basah dengan curah hujan yang tinggi dan jam hujan yang panjang di area tambang utama sejak November.
Tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Adapun penjualan batu bara ke luar negeri, Adaro melaporkan ekspor 49 persen ke Asia Tenggara, di antaranya ada peningkatan permintaan dari Thailand dan Vietnam karena ada operasi pembangkit listrik baru di kedua negara.
Sedangkan ekspor ke Asia Timur sebanyak 25 persen, India 13 persen, dan ke China 12 persen. Lainnya, sekitar 1 persen ke Selandia Baru, Pakistan, dan Eropa.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, ekspor batu bara Adaro ke China meningkat karena ada pembatasan impor dari Australia. Pada kuartal IV 2020, ekspornya naik hingga 45 persen secara kuartalan karena musim dingin di China yang membuat permintaan batu bara naik.
"Cuaca dingin yang mendadak di Asia Timur Laut juga mendorong Jepang dan Korea Selatan untuk memproduksi lebih banyak listrik dari PLTU," terang manajemen Adaro.

Target Produksi Batu Bara 2021

Untuk tahun ini, perusahaan menargetkan produksi batu bara kurang lebih tetap sama atau sedikit menurun secara tahunan, yaitu di level 52 hingga 54 juta ton.
Perusahaan menyatakan bakal terus disiplin menggunakan belanja modal (capex) dan panduan capex tahun ini sebesar USD 200 juta-300 juta. Untuk target belanja modal ini meliputi pemeliharaan rutin dan capex pertumbuhan. Target EBITDA operasional tahun ini sekitar USD 750 juta-USD 900 juta.
ADVERTISEMENT
"Walaupun pemulihan ekonomi diperkirakan akan berdampak positif terhadap batu bara, perusahaan harus tetap berhati-hati untuk mengantisipasi ketidakpastian," kata manajemen Adaro.