Penumpang Sepi Akibat Pandemi, Pemerintah Diminta Perhatikan Maskapai Kecil
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut dikhawatirkan akan diikuti maskapai kecil lainnya, terutama yang melayani penerbangan perintis. Apalagi, maskapai kecil pangsa pasarnya lokal.
"Saya worry itu maskapai kecil, karena memang pasarnya lokal, tipis lah. Sedangkan pasar yang tipis kayak di Susi Air Papua, TransNusa NTT, NTB. Memang dia hanya menghubungkan kabupaten-kabupaten," kata Arista saat dihubungi, Senin (7/9).
"Yang paling kena dampak pertama kali itu justru yang maskapai kecil-kecil. Kita itu justru harus menaruh perhatian ke maskapai kecil-kecil karena yang kecil itu dia pasarnya di pulau-pulau," kata dia menambahkan.
Arista mengungkapkan, dalam kondisi pandemi saat ini penumpang pesawat kecil mayoritas hanya ASN atau petugas kesehatan. Kondisi tersebut dianggap tidak cukup untuk menutupi beban operasional maskapai.
"Parahnya sejak April, Mei, Juni, itu cuma 10 persen (penumpang). Sedangkan TransNusa tak bisa ngandelin kargo karena kan enggak ada space kargo. Kayak Garuda, Lion, Citilink itu punya ruang kargo," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dia meminta pemerintah memperhatikan nasib dari pesawat -pesawat kecil tersebut. Menurut dia, selama terdampak COVID-19 hanya ada PPh 21 dari Kementerian Perhubungan yang terlihat bantuannya.
"Maunya maskapai di kasih fresh money atau diskon-diskon sewa navigasi, apa bandara, itu sih enggak ada. Bandara juga rugi, susah juga," tutur Arista.