news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Penyebab Eksportir Malas Simpan Devisa di RI: Nyaman dengan Bank Asing

17 November 2018 15:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor BRI cabang Singapura. (Foto: Michael Agustinus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor BRI cabang Singapura. (Foto: Michael Agustinus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pada 7 September 2018 lalu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 94 Tahun 2018 tentang Ketentuan penggunaan Letter of Credit (L/C) untuk Ekspor Barang Tertentu.
ADVERTISEMENT
Penerbitan Permendag Nomor 94 Tahun 2018 ini merupakan salah satu upaya memperkuat cadangan devisa negara di tengah ketidakpastian ekonomi global. Ada beberapa sektor usaha yang diwajibkan menggunakan L/C, yaitu mineral, batu bara, dan kelapa sawit.
Permendag tersebut dibuat karena masih banyak eksportir komoditas pertambangan dan perkebunan Indonesia yang lebih suka menyimpan devisa hasil ekspor (DHE) di bank-bank asing luar negeri. Padahal kalau disimpan di perbankan Indonesia, cadangan devisa Indonesia bisa lebih kuat dan berdampak positif pada nilai tukar rupiah.
General Manager BRI Singapura, Aris Hartanto, menuturkan bahwa banyak perusahaan Indonesia yang sudah terlanjur merasa nyaman membuka L/C di bank asing, sehingga sulit berpaling ke bank-bank Indonesia.
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Kalau customer lama, dia mau berpaling ke yang lain itu jarang karena sudah di comfort zone. Kalau mau memperkenalkan BRI butuh waktu saja," paparnya saat ditemui di Kantor Cabang BRI Singapura, Jumat (16/11).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sebenarnya pelayanan dan fasilitas yang diberikan bank-bank Indonesia termasuk BRI sudah bagus, cukup kompetitif, tak kalah dari bank-bank asing.
Butuh waktu dan pendekatan khusus agar agar perusahaan-perusahaan Indonesia ini mau beralih. Ia menuturkan, pihaknya harus mendekati sebuah perusahaan Indonesia selama 1-2 tahun hingga akhirnya perusahaan tersebut mau membuka L/C di BRI.
"Kalau pricing kita bisa fight, kenyamanan ini yang harus pelan-pelan diambil. Butuh waktu aja untuk mengubah kebiasaannya, pendekatannya lama," ujarnya.
BRI Singapura terus berupaya agar DHE bisa dibawa pulang kampung ke Indonesia. Dukungan regulasi dari pemerintah sangat membantu perbankan nasional.
Dalam waktu dekat, akan ada 2 perusahaan Indonesia yang membuka L/C di BRI Singapura, semuanya eksportir CPO. "Pasti akan growth signifikan sekali. DHE biar masuk ke Indonesia salah satunya dengan L/C," katanya.
ADVERTISEMENT
Per Januari-November 2018 ini, BRI Singapura sudah menyalurkan SGD 440 juta untuk trade finance mendukung ekspor Indonesia.