Penyebab Kelangkaan Gula: Akibat Telat Impor, Industri Beli Stok Konsumsi

26 Maret 2020 8:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gula pasir. Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gula pasir. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Gula termasuk salah satu barang yang paling dicari oleh masyarakat di tengah mewabahnya virus corona. Namun setidaknya dalam satu bulan terakhir, gula mengalami kelangkaan sehingga masyarakat susah mendapatkannya.
ADVERTISEMENT
Kondisi kelangkaan tersebut tentu berpengaruh kepada melonjaknya harga gula di pasaran. Lalu, apa yang menyebabkan gula langka dan bagaimana langkah pemerintah mengatasinya?
Berikut kumparan rangkum selengkapnya:

Gula Langka karena Pemerintah Telat Impor

Pasokan gula pasir di pasaran saat ini semakin langka. Bahkan, di minimarket modern saat ini sudah tidak lagi menjual gula pasir sejak sebulan yang lalu.
Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menyatakan, kelangkaan gula yang terjadi akhir-akhir ini lantaran kebijakan impor yang dinilai terlambat. Tenaga Ahli AGI, Yadi Yusriadi, mengatakan bahwa impor gula seharusnya sudah mulai dilakukan pada awal tahun.
Keterlambatan ini membuat industri terpaksa membeli gula konsumsi di pasaran. Dampak lanjutannya, gula untuk konsumsi rumah tangga jadi menghilang dari pasar.
ADVERTISEMENT
“Sehingga dengan keterlambatan ini, ada kemungkinan dari perusahaan-perusahaan makanan minum beli dari gula konsumsi. Jadi gula stok yang tipis juga digunakan konsumsi, juga industri beli dari masyarakat,” katanya kepada kumparan, Rabu (4/3).
Yadi menuturkan, stok gula awal tahun 2020 hanya sekitar 1,080 juta ton. Sementara kebutuhan untuk industri diperkirakan sebanyak 250 ribu ton dalam sebulan. Lalu untuk konsumsi rumah tangga dibutuhkan 500 ribu ton per bulan.
Stok gula pasir kosong di toko modern. Sisa gula cair, gula kemasan sachet, dan gula batu. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan

Pasokan Langka Bikin Harga Gula Melambung

Kelangkaan gula pasir ini membuat harga di tingkat konsumen semakin mahal. Pada awal bulan Maret, gula pasir di tingkat konsumen dibanderol mencapai Rp 16.000 per kilogram (kg). Padahal harga normalnya sekitar Rp 10.000 - Rp 12.000 per kg.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebuah startup edukasi berbelanja online, telunjuk.com melakukan riset selama 16 hari sejak tanggal 1 Maret sampai 16 Maret 2020 untuk memantau pergerakan harga gula di e-commerce.
Hasilnya, harga gula naik hingga 76 persen menjadi Rp 22.000 per kilogram (kg) dibanding Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 12.500 per kg. Harga gula tertinggi mencapai Rp 22.000 per kg pada tanggal (15/3).
CEO Telunjuk.com Hanindia Narendrata mengasumsikan kenaikan harga gula di e-commerce salah satunya disebabkan adanya panic buying efek virus corona. Selain itu, ia bilang, kenaikan harga gula eceran di e-commerce seiring dengan situasi gula eceran di pasaran (offline) yang sulit dicari.
“Harga kenaikan gula 76 persen. Puncak sempat Rp 22 ribu per kg. Meskipun harga mahal tetapi kebutuhan gula (ada) (masyarakat) cari di online. Efek corona (panic buying),” katanya kepada kumparan, Kamis (19/3).
ADVERTISEMENT
Riset ini menggunakan empat e-commerce populer di Indonesia seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan JD.ID. Adapun sampel gula eceran yang dipakai sebagai sampel sebanyak 5.610 gula eceran per kilo.
Beberapa merek gula yang diambil seperti, GMP, PSM, Rose Brand, Gulaku,La-Ku, Pedati Mas dan Merbabu. Merek-merek gula tersebut dipilih lantaran yang paling dikenal masyarakat.
Sedangkan puncaknya permintaan tertinggi gula eceran terjadi pada 16 Maret 2020 sebanyak 878 gula per kg dibandingkan pada tanggal 1 Maret 2020 sebanyak 14 gula per kg.
Secara total, dari 1 Maret hingga 16 Maret 2020 terjadi sebanyak 1.991 transaksi dengan nilai mencapai Rp 36.102.303.
Deretan truk membawa tumpukan tebu untuk digiling di pabrik gula Sei Semayang PTPN II Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Foto: ANTARA/Septianda Perdana

Produk Impor Tiba, Harga Gula Akan Normal

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Suhanto memastikan harga bahan pokok dalam hal ini gula akan kembali normal setelah stok gula impor tiba di tanah air.
ADVERTISEMENT
"Memang posisi gula saat ini memang agak berkurang, namun kami sudah sampaikan tadi bahwa pemerintah sedang melakukan tambahan pasokan di mana akhir bulan ini impor," ujar Suhanto dalam pernyataan persnya di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Rabu (25/3).
"Sehingga kami harapkan dalam akhir bulan ini betul betul stok gula secara nasional tercukupi,” tambahnya.
Pemerintah memutuskan untuk mengimpor sekitar 550.000 ton raw sugar. Gula impor yang yang nantinya akan digiling oleh industri gula dalam negeri untuk menjadi gula kristal putih. Selanjutnya gula tersebut akan dijual ke pasar untuk menstabilkan harga jelang memasuki Ramadhan.
Menurut Suhanto, gula impor sedianya akan disiapkan untuk mengisi kebutuhan pasar pada bulan April, Mei, dan Juni. Ketika gula impor masuk, Kemendag mematikan pasokan tersebut tak akan mengganggu stabilitas harga gula petani yang terlebih dahulu telah beredar di pasaran.
ADVERTISEMENT
Kebijakan impor, menurut dia, dimaksudkan untuk menjaga pasokan gula nasional dalam taraf aman serta memastikan stabilnya harga gula jelang bulan Ramadhan.
"Impor untuk memenuhi gula bagi masyarakat tidak akan mempengaruhi produksi atau harga bagi produksi gula yang dihasilkan oleh para petani," ujar Suhanto.