Perbankan Lebih Lambat Inovasi Dibanding Fintech? BCA Sempat Galau soal Flazz

15 Juni 2020 17:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Fintech Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Fintech Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Era digital banking memberikan peluang bagi perbankan untuk lebih berinovasi dalam memberikan layanan kepada nasabah. Selain itu, inovasi juga dibutuhkan perbankan untuk menyikapi persaingan seiring pesatnya pertumbuhan financial technology (fintech).
ADVERTISEMENT
Apalagi Fintech juga semakin terdepan dalam menggunakan teknologi paling mutakhir di sistem keuangan. Sayangnya, perbankan dinilai tidak bisa seluwes fintech dalam melahirkan berbagai inovasi. Selain aturan yang ketat, perbankan juga harus mempertimbangkan beberapa konsekuensi dari diluncurkannya sebuah produk atau inovasi baru.
“Tantangan utama kita adalah perubahan. Kebutuhan dan perilaku customer mengalami perubahan sehingga kira-kira apa yang bisa dilakukan oleh bank. Memang ini banyak sekali kalau kita bicara program baru maupun ide. Tapi kita membuat semacam prioritas. Ini pertimbangannya banyak sekali,” ungkap Wakil Presiden Direktur Bank BCA Suwignyo Budiman dalam Webinar Bank Traditional vs Challenger Bank, Senin (15/6).
Menurut Suwignyo, pertimbangan paling besar bagi perbankan dalam menciptakan suatu inovasi yaitu tentang manfaatnya bagi nasabah sekaligus bagi perusahaan. Suwignyo mencontohkan, BCA pernah mengalami kegalauan saat akan meluncurkan inovasi top up uang elektronik alias Kartu Flazz langsung dari smartphone menggunakan fitur Near Field Communication (NFC).
ADVERTISEMENT
Suwignyo tidak menampik, inovasi tersebut sangat menarik dan memang dibutuhkan nasabah. Meski pada akhirnya tetap diluncurkan, namun Suwignyo mengakui bahwa inovasi tersebut sejatinya tidak terlalu berdampak besar bagi perusahaan. Padahal, selain bermanfaat bagi nasabah, inovasi tersebut juga diharapkan berdampak pada bottom line atau keuntungan perusahaan.
“Misalnya untuk top up Flazz. Itu menarik, tapi bagi perusahaan impact-nya kurang besar,” ujar Suwignyo.
Kartu Flazz BCA kumparan. Foto: kumparan
Selain itu menurutnya, proses merilis sebuah inovasi juga membutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari munculnya sebuah ide, melakukan riset, hingga eksekusi. Bahkan dalam prosesnya, pembuatan atau development sebuah produk juga melibatkan banyak unit kerja.
Tak hanya itu, perbankan juga harus memastikan bahwa produk baru tersebut bebas dari fraud. Bahkan jika produk yang diluncurkan merupakan hal baru, maka bank harus mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).
ADVERTISEMENT
“Belum lagi proses perizinan kalau memang itu produk baru. Perizinan ini memang butuh waktu. Misal kalau payment harus ke BI dan OJK. Ini menambah waktu lebih lama. Kita punya prosedur yang lebih baku,” ujarnya.
Senada, Direktur Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Krisna Wijaya mengatakan, dalam meluncurkan inovasi, perbankan cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama ketimbang fintech. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi adanya aturan yang ketat bagi perbankan.
“Bank lebih ketat, ada peraturan yang diikuti. Kalau fintech hari ini punya ide, dua bulan sudah bisa launching,” ujarnya.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT