Perempuan Pejuang Ekonomi Keluarga, Mereka Kartini Masa Kini

22 April 2020 20:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Usaha kopi yang dijalankan Teh Enung dan suami.
 Foto: Dok. BNI
zoom-in-whitePerbesar
Usaha kopi yang dijalankan Teh Enung dan suami. Foto: Dok. BNI
ADVERTISEMENT
Enung Sumartini bisa saja memilih hidup santai dan hanya menghabiskan waktu di rumah. Namun, ibu dua anak ini memilih jalan lain, yakni membantu suaminya yang merupakan pengusaha, Hari Yuniardi, mengembangkan usaha kopi di Garut, Jawa Barat. Malah, di tangan Teh Enung, demikian dia akrab disapa, bisnis kopi bermerek Mahkota Java Coffee itu mengharumkan nama Garut di level nasional, bahkan internasional.     
ADVERTISEMENT
Sikap Teh Enung yang tak cepat puas dan terus ingin memperbaiki kualitas produk, mendorong BNI mengajaknya ke berbagai pameran ternama di Indonesia. Ini penting karena melalui pameran, pasar baru dapat terus dibuka lebar.      
Enung dan Hari membawa Mahkota Java Coffee ke Korea Selatan pada 17-20 Desember 2014 dalam sebuah misi dagang. Sekembali ke Indonesia, mereka dinyatakan sebagai Wirausaha Baru Terbaik Jawa Barat dalam Bidang Pengolahan Kopi Utusan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Sukses membesarkan Mahkota Java Coffee membuat Teh Enung juga dipercaya menjadi Ketua Kelompok Tani Kasuga, singkatan dari Kopi Asli Urang Garut.      
Kini, Teh Enung menjadi tumpuan puluhan pegawainya, yang 30 di antaranya perempuan. Para perempuan itu bekerja di semua lini produksi kopi, dari hulu hingga hilir. Mereka tersebar di kebun sebagai pembersih kebun dan pemetik buah kopi sebanyak 12 orang, di bagian pemrosesan biji mentah dengan tugas utama menyortir biji kopi sebanyak 23 orang, serta di bagian produksi dengan tugas mengolah biji menjadi bubuk kopi sebanyak 3 orang. Sementara di Café Mahkota atau Kedai Mahkota yang terletak di Jalan Raya Bayongbong, Garut, seorang perempuan menjadi salah satu baristanya, yang dibantu satu kasir.      
ADVERTISEMENT
“Perempuan pekerja saya itu rata-rata sudah berkeluarga. Saya selalu menekankan agar mereka terus berusaha mandiri dan dapat membantu perekonomian keluarga tanpa melupakan peran sebagai ibu rumah tangga dan ibu dari anak-anaknya,” tutur Teh Enung saat ditanyai di Garut, Senin, 20 April 2020, tentang peran perempuan yang dikaitkan dengan perjuangan RA Kartini.
Usaha kopi yang dijalankan Teh Enung dan suami. Foto: Dok. BNI
Cara berpikir itu membuat Teh Enung tidak hanya sukses dalam menjalankan bisnis, tapi juga dalam membesarkan anak-anaknya. Nikita, si sulung, kini sudah kuliah di salah satu universitas di Bandung. Sementara si bungsu, Rayhan, sedang bersiap-siap masuk SMA.      
Kepedulian terhadap pemberdayaan perempuan juga ditunjukkan Ibu Dayang, pemilik usaha Dayang Songket dari Pontianak, Kalimantan Barat. Kini, ada 53 perempuan yang bekerja di Dayang Songket, dari proses mengurai gundelan benang menjadi hamparan benang yang siap ditenun, proses penenunan, sampai pemasaran hasil produksi.     
ADVERTISEMENT
“Inti dari pemberdayaan perempuan adalah memberikan kepercayaan diri bahwa mereka mampu untuk produktif, kreatif, inovatif, serta bersaing di tingkat nasional dan internasional dengan hasil produksi yang berkualitas,” ujarnya.
Dayang punya tips khusus untuk membuat anak buahnya selalu bersemangat dalam memproduksi songket berkualitas. Ia selalu memotivasi dengan menunjukkan banyak produk songketnya yang dikenakan orang penting, dari bupati, tokoh masyarakat Kalimantan Barat, gubernur, para menteri, sampai presiden.      
“Itu juga dapat menjadi kebanggaan perajin. Saya selaku pemilik Dayang Songket tidak tinggal diam dan tetap memberikan semangat. Perempuan pekerja saya pada umumnya ibu rumah tangga. Saya juga memperhatikan perekonomian keluarga mereka, dari kebutuhan rumah tangga sampai kebutuhan sekolah anak-anak. Hal ini saya lakukan dalam rangka menumbuhkan semangat kekeluargaan dalam ruang lingkup UMKM yang saya jalankan saat ini,” ujarnya.
Usaha yang dijalankan Bu Dayang. Foto: Dok. BNI

Di Dera Wabah COVID-19     

Usaha Teh Enung dan Bu Dayang sama-sama tidak kebal dari dampak wabah COVID-19. Keduanya menekan keinginan menumbuhkan omzet. Mereka mengalihkan perhatian ke kepedulian terhadap lingkungan dan karyawannya dengan cara masing-masing.      
ADVERTISEMENT
Teh Enung dan suaminya berinisiatif membagi-bagikan masker di daerah Bayongbong, Garut. Mereka juga menyiapkan beberapa hand sprayer untuk menyemprotkan disinfektan di beberapa lokasi di Garut, bekerja sama dengan kepolisian setempat.      
Sedangkan Bu Dayang menyiapkan bantuan bahan kebutuhan pokok untuk para perajinnya, yang rata-rata terkena dampak COVID-19.
“Saya pribadi selaku pemilik usaha Dayang Songket ini merasa sangat terimbas. Harapan saya, semoga COVID-19 cepat berlalu, kita dapat beraktivitas seperti biasanya, dan roda bisnis berjalan dengan lancar,” kata Bu Dayang.      
Usaha yang dijalankan Bu Dayang. Foto: Dok. BNI. Foto: Dok. BNI
Masih banyak angan-angan Bu Dayang. Sebagai seorang ibu, ia berharap anak-cucunya kelak mampu meneruskan ide, bahkan mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Misalnya memiliki industri hulu hingga hilir dalam industri tenun yang lebih kreatif dan inovatif.      
ADVERTISEMENT
“Untuk momen Hari Kartini ini, saya berterima kasih kepada BNI Cabang Pontianak, yang turut membantu kami melalui masa-masa sulit ini, baik dalam permodalan (KUR) maupun dalam proses promosi dan pemasaran produk tenun songket kami. Salam di rumah aja,” tuturnya.