Peritel Ngeluh Barang Impor Ilegal Rusak Pasar, Baju Bayi Dijual Cuma Rp 35.000

5 Juli 2024 16:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mencuci baju bayi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Mencuci baju bayi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asosiasi Pengusaha Ritel Merek Global Indonesia (Apregindo) mengeluh produk impor ilegal yang beredar di pasar domestik merusak harga pasar. Sekjen Apregindo, Suryamin Halim mencontohkan seperti produk pakaian bayi saja antara produk impor ilegal dengan impor legal bisa beda ratusan ribu.
ADVERTISEMENT
"Pakaian bayi beda harga, ini (ilegal) satu pasang dijual Rp 35.000. Sedangkan global brand satu pasang saja harganya Rp 150 ribu. Kenapa lebih mahal, ada biaya SNI," kata Suryamin saat media gathering di Sarinah Jakarta, Jumat (5/7).
Selain SNI, produk impor legal tersebut juga dikenakan berbagai pajak dan pungutan masuk, berbeda dengan produk impor ilegal.
Suryamin juga mencontohkan produk pakaian bermerek Skechers. Brand asal Amerika Serikat ini, meskipun produksinya sudah dilakukan di Indonesia, harganya tetap kalah murah dibanding pakaian-pakaian impor ilegal yang masuk ke Indonesia.
"Pakaian dewasa yang saya contohkan ilegal ini Rp 140.000, bahkan ada yang bisa di bawah Rp 100.000. Dibandingkan misalnya dengan Skechers, ini bisa Rp 200.0000 sampai Rp 300.000 tergantung modelnya. Yang legal seperti ini bisa kena bea masuk tinggi, PPN, PPh impor, plus ada royalti yang harus dibayar ke pemilik merek. Itu yang jadi pembeda," kata Suryamin.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan yang sama, Sekjen Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Haryanto Pratantara mentontohkan permasalahan TikTok Shop yang belum lama ini ramai. Produk-produk yang dibeli online dari sana bisa sangat murah tapi tidak jelas legalitasnya.
"Kenapa barang impor bisa lebih murah, karena barang-barang ini masuknya tidak melalui jalur yang benar, enggak bayar pajak dan sebagainya. Ini yang mengganggu industri dalam negeri," pungkas dia.