Perjanjian Konversi Pembangkit BBM ke Gas Diteken, Negara Bisa Hemat Triliunan

27 Februari 2020 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers Menteri ESDM soal Penandatanganan Head of Agreement (HoA) Konversi Diesel ke Gas di Gedung ESDM, Jakarta, Kamis (27/2). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers Menteri ESDM soal Penandatanganan Head of Agreement (HoA) Konversi Diesel ke Gas di Gedung ESDM, Jakarta, Kamis (27/2). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) bersama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) meneken perjanjian kerja sama dalam melakukan konversi pembangkit sebanyak 52 pembangkit BBM ke gas.
ADVERTISEMENT
Kerja sama tersebut dituangkan dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara kedua belah terkait penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur Liquified Natural Gas (LNG) untuk pembangkit tenaga listrik milik PLN, Kamis (27/2).
Menteri ESDM Arifin Tasrif yang menyaksikan langsung penandatanganan, mengatakan bahwa kerja sama ini akan menekan jumlah impor dan konsumsi BBM sekaligus meningkatkan efisiensi operasional PLN.
"Ini diharapkan bisa diselesaikan dalam tempo dua tahun. Tahun ini merencanakan ada lima lokasi yang akan selesai," ujar Arifin usai prosesi penandatanganan di Gedung ESDM, Jakarta, Kamis (27/2).
Ia melanjutkan, kerja sama ini merupakan bagian dari tindak lanjut dari keputusan yang payung hukum sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 13 K/13/MEM/2020 tentang Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan Pembangunan Infrastruktur LNG serta Konversi Penggunaan BBM dengan LNG dalam Penyediaan Tenaga Listrik.
Menteri ESDM Arifin Tasrif di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (30/1). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Penekenan beleid tersebut, dilatarbelakangi pula oleh kondisi neraca perdagangan minyak dan gas Indonesia yang defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas migas minus USD 1,18 miliar pada Januari 2020.
ADVERTISEMENT
"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, defisit neraca perdagangan harus menjadi perhatian serius," ujar Arifin.
Dirut Pertamina Nicke Widyawati menekankan, melalui kerja sama ini akan ada penghematan negara mencapai Rp 4 triliun per tahun.
"Yang pasti ada penghematan Rp 4 triliun setahun, artinya kan semakin murah yang dioperasikan hari ini (pembangkit listrik)," imbuh dia.
Nicke menerangkan, proyek kerja sama selama dua tahun ini akan diselesaikan dengan empat tahap. Pada 52 pembangkit listrik itu setidaknya akan memiliki total kapasitas sebesar 1.870 MW.
"Selesaikan dalam jangka waktu dua tahun terbagi jadi 4 tahap. Di tahun ini tahap pertama sebanyak 5 lokasi dengan kapasitas 430 MW, di Praya, Tanjung Selong, Gilimanuk, Sorong dan Jayapura," kata dia.
ADVERTISEMENT