Permintaan Baja Turun, Krakatau Steel Ajukan Dana Talangan Rp 3 Triliun

8 Juli 2020 20:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Krakatau Steel Tbk (Persero) atau KRAS meminta dana talangan Rp 3 triliun ke pemerintah. Dana ini rencananya bakal digunakan perusahaan untuk mengamankan bisnis industri baja yang terdampak pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, selama pandemi ini permintaan baja turun dari sektor hulu ke hilir. Pada triwulan kedua tahun ini, perusahaan mencatat penurunan permintaan baja sekitar 60 persen.
Penyebabnya, industri hilir yang biasa memesan hot rolled coil (HRC) dan cold rolled coil (CRC) ke perusahaan banyak yang tergerus bisnisnya. Di saat yang sama, untuk memesan baja ke Krakatau Steel mesti menggunakan bank garansi.
"Di lain pihak Krakatau Steel untuk memesan barang atau mengorder barang harus kepada Krakatau Steel harus persiapkan sejumlah bank garansi atau LC karena memang proses saat ini proses yang dilakukan untuk memesan barang ke Krakatau Steel harus seperti itu. Ini kita pertahankan supaya mereka tidak mati," katanya di Komisi VI DPR RI, Rabu (7/7).
Industri Baja Foto: Reuters/Steven Shi
Selain itu, dana talangan ini diajukan juga untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan karena baru saja merestrukturisasi utangnya sebesar USD 2,2 miliar.
ADVERTISEMENT
Krakatau Steel juga tercatat merugi selama delapan tahun belakangan. Baru pada kuartal I 2020 perusahaan bisa meraup laba USD 74,1 juta atau setara Rp 1,089 triliun. Padahal sebelumnya di tahun 2019, perusahaan ini bahkan merugi hingga USD 503,65 juta atau senilai Rp 7,45 triliun.
"Jangan sampai restrukturisasi utang yang sudah dilakukan dan kita sudah mewujudkan laba di kuartal I tapi karena COVID-19 terganggu, dan pada akhirnya mengakibatkan industri, khususnya baja, bisa kolaps," terangnya.