Pertamina Akan Teken Kontrak Gross Split Blok Rokan

11 Januari 2019 20:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kilang minyak milik Pertamina di unit IV (Foto: REUTERS / Darren Whiteside)
zoom-in-whitePerbesar
Kilang minyak milik Pertamina di unit IV (Foto: REUTERS / Darren Whiteside)
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) dijadwalkan menandatangani kontrak bagi hasil (PSC) gross split di Blok Rokan pada pekan depan. Kontrak ini akan dilakukan antara Pertamina dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
ADVERTISEMENT
"Kami teken (skema gross split) Rokan pekan depan," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto dalam pemaparan capaian kinerja sektor migas, Jakarta, Jumat (11/1).
Menurut Djoko, teken kontrak, Pertamina sebagai pengelola baru di Blok Rokan sudah mulai menyusun program kerja. Dalam masa transisi hingga 2021, Pertamina bakal melakukan aktivitas pengeboran di sana bersama kontraktor eksisting, PT Chevron Pacific Indonesia.
Masuknya Pertamina di Blok Rokan dalam masa transisi diharapkan bisa menggenjot produksi di sana yang terus turun. SKK Migas memproyeksikan, produksi Blok Rokan pada 2019 akan disalip Blok Cepu.
Padahal, di masa jayanya, produksi Blok Rokan pernah1,2 juta barel per hari (bph). Sementara saat ini Blok Rokan ditargetkan produksinya hanya 190 ribu bph. Sedangkan Blok Cepu ditargetkan bisa menghasilkan 216 ribu bph di 2019.
ADVERTISEMENT
"(Setelah diteken) Pertamina sudah mulai ada program-program. Pertamina bisa melakukan pengeboran di lapangan Rokan untuk menjaga penurunan produksi, kalau dibiarkan pasti turun. Syukur-syukur bisa naik tapi paling tidak laju penurunan bisa kita tahan,"kata dia.
Pertamina resmi mendapatakan Blok Rokan pada akhir Juli 2018 setelah mengalahkan tawaran kontraktor eksisting, Chevron yang sudah puluhan tahun menambang minyak di sana.
Pertamina menang karena salah satunya mengajukan bonus tanda tangan sebesar USD 784 juta. Perusahaan juga menawarkan komitmen kerja pasti cukup besar ke pemerintah yaitu USD 500 juta.