Pertamina Jadi Beli Minyak Murah Rusia? Ini Jawaban Menteri ESDM

16 September 2022 14:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan sambutan saat pembukaan kegiatan G20 Energy Transitions Ministerial Meeting (ETMM) di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (2/9/2022) Foto: Fikri Yusuf/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan sambutan saat pembukaan kegiatan G20 Energy Transitions Ministerial Meeting (ETMM) di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (2/9/2022) Foto: Fikri Yusuf/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menjelaskan kembali rencana pemerintah membeli minyak murah dari Rusia melalui PT Pertamina (Persero).
ADVERTISEMENT
Arifin mengakui jika pemerintah memang akan membeli minyak murah dari negara yang sedang berkonflik tersebut. Namun sayangnya belum terealisasi karena permintaan yang terlampau tinggi dari negara lain.
"Belum ada yang kebeli karena barangnya belum ada. Kalau ada minyak murah dari mana aja ya dibeli dong," kata Arifin saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (16/9).
Dia melanjutkan, saat ini banyak negara yang berminat membeli minyak dari Rusia karena lebih murah dari harga internasional. Meski begitu, dia tidak mengungkapkan secara spesifik berapa harga yang ditawarkan.
"Sekarang Rusia ada minyaknya, banyak enggak yang ambil minyak Rusia? Banyak kan. Terus pedagang (trader) ambil enggak? Nah pedagang inilah yang jadi bikin (susah)," jelas Arifin.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Arifin mengakui jika terdapat konsekuensi dari keputusan membeli minyak murah dari Rusia ini berupa sanksi atau peringatan dari negara maju, terutama anggota G7.
"Wah ada (sanksi), nah itu yang harus diperhatikan juga. Bukan Amerika saja, G7+. Tapi ini belum ada barangnya," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mempertimbangkan untuk membeli minyak dari Rusia, menyusul langkah serupa yang ditempuh China dan India. Opsi ini dipertimbangkan untuk menghadapi gejolak harga minyak dunia yang saat ini berdampak pada naiknya harga BBM di Indonesia.
Jokowi sendiri memutuskan mengurangi subsidi BBM sehingga Pertalite mengalami kenaikan dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000. Begitu pula Solar yang naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 dan BBM nonsubsidi Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500.
ADVERTISEMENT
"Semua opsi selalu kami pantau. Jika ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja," ujar Jokowi, dikutip dari Reuters pada Senin (12/9).
Di saat Jokowi mempertimbangkan beli minyak murah Rusia, negara-negara anggota G7 semakin serius menentukan batas harga minyak Rusia agar Presiden Vladimir Putin tak lagi menjualnya dengan harga miring. Tujuannya memangkas dana yang mengalir ke Moskow untuk biaya menyerang Ukraina.