Pertamina Mau Impor Minyak dari Rusia, Ini Penyebab Harganya Bisa Lebih Murah

29 Maret 2022 13:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proyek RDMP Pertamina Balikpapan. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
zoom-in-whitePerbesar
Proyek RDMP Pertamina Balikpapan. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Pertamina (Persero) disebut akan impor minyak dari Rusia dengan harga murah, setelah proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau modifikasi kilang Balongan rampung Mei 2022 ini.
ADVERTISEMENT
Rencana itu diungkapkan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, saat rapat dengan Komisi VI DPR, Senin (28/3). Nicke mengaku jika Pertamina sudah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia untuk memastikan tidak ada isu politis yang menghadang.
Nicke mengeklaim minyak mentah tersebut memiliki harga yang lebih murah. Kesempatan ini muncul di tengah situasi konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Lalu, apa sebenarnya yang membuat harga minyak di Rusia bisa lebih murah dari negara lain?
Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan, menjelaskan harga minyak mentah dari Rusia pada dasarnya jauh lebih murah dari negara lain. Hal ini disebabkan biaya produksi di sana lebih rendah, didukung oleh karakteristik atau spesifikasi minyak.
"Cost production lebih murah dibandingkan negara lain, terus juga ini langsung dengan spesifikasi, kadang minyak mereka itu berbeda spek minyak pada umumnya, misalnya dengan minyak Iran," jelasnya kepada kumparan, Selasa (29/3).
ADVERTISEMENT
Soal spesifikasi minyak, kata Mamit, masing-masing negara memang memiliki perbedaan. Contohnya minyak dari Saudi Aramco yang memiliki tingkat sulfur rendah sehingga harganya jauh lebih mahal. Minyak inilah yang saat ini digunakan oleh kilang Pertamina.
"Banyak (faktor) seperti kandungan kimia, kekentalan, pour point-nya, membuat harga jadi berbeda-beda. Minyak yang lebih kental membutuhkan proses yang lebih panjang, pastinya akan lebih murah karena butuh proses kimia yang cukup panjang," ujar dia.
"Harus disesuaikan dengan kilang kita, kalau kita beli minyak murah tetapi kilang kita cracking-nya enggak pas, atau enggak mampu, jadi sama saja akhirnya jadi lebih mahal," imbuhnya.
Dia berkata, dengan adanya proyek RDMP dan Grass Root Refinery (GRR) yang bisa meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas minyak, Pertamina bisa mengolah minyak dengan spesifikasi apapun menjadi minyak berstandar Euro 4 bahkan 5.
ADVERTISEMENT
Mamit melanjutkan, selain soal biaya produksi dan karakteristik, harga minyak Rusia menjadi jauh lebih murah ketika ada ketegangan konflik geopolitik dengan Ukraina yang menyebabkan adanya embargo negara-negara Barat terhadap Rusia.
Dirut Pertamina Nicke Widyawati memberikan sambutan di acara Pertamina Muda Seed & Scale Up. Foto: Dok. Pertamina
"Semuanya tidak ada yang mau membeli minyak dari Rusia karena ada embargo, jadi mau tidak mau Rusia akan menjual dengan harga minyak yang lebih murah dibandingkan harga pasar. Mereka akan menjual yang penting barangnya laku," tutur dia.
Walaupun Pertamina sudah memastikan impor minyak ini murni bersifat business to business (b-to-b), Mamit mengingatkan agar Pertamina memperhatikan aspek politis agar tidak ikut terkena embargo oleh negara-negara barat.
"Mesti diperhatikan juga jangan sampai Pertamina kena tegur atau sanksi dari negara Eropa atau Amerika karena membeli minyak dari Rusia di tengah sanksi yang sedang diberlakukan, meskipun Bu Dirut bilang ini aman karena b-to-b," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kata Mamit, rencana ini bisa turut membantu menurunkan ongkos produksi Pertamina di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia yang masih memanas, sehingga nantinya bisa berdampak positif bagi masyarakat karena harga BBM atau LPG yang stabil.