Pertemuan Trump dan Xi Berakhir Manis, Tapi Perang Dagang Belum Usai

29 Juni 2019 19:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan tak akan mengenakan tambahan bea masuk baru bagi produk-produk China. Hal ini disampaikan setelah bertemu Presiden China Xi Jinping di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang.
ADVERTISEMENT
Trump mengatakan, pertemuannya dengan Xi Jinping itu berjalan sangat baik. Sehingga membuat Trump urung mengenakan tambahan tarif bagi produk impor China senilai USD 300 miliar.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menilai, perang dagang antara AS dan China belum benar-benar berkahir. Sebab, Trump tetap mengenakan sejumlah tarif bagi produk China.
"Dampaknya signifikan dalam meredakan ketegangan saja, karena hanya berupa kesepakatan tidak mengenakan tarif baru. Tapi tarif yang sudah dinaikan tidak akan dikurangi. Artinya perang dagang masih berlangsung," ujar Piter kepada kumparan, Sabtu (29/6).
Namun menurut Piter, kesepakatan untuk tidak mengenakan tarif baru merupakan hal yang positif bagi Indonesia. Setidaknya satu sentimen negatif terhadap kurs rupiah bisa berkurang. Dia memprediksi, ke depan rupiah akan tetap stabil di kisaran Rp 14.120-14.200 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
"Dampaknya terhadap rupiah juga demikian, akan positif, tetapi tidak akan cukup besar. Masih akan bisa dipengaruhi faktor-faktor lain," jelasnya.
Perang dagang AS-China bermula ketika neraca dagang AS selalu mencatatkan defisit dengan China. Trump selanjutnya memilih kebijakan proteksionisme yang ia sebut sebagai langkah tepat untuk mengeluarkan AS dari jebakan defisit dagang.
Perang dagang pun dimulai pada 22 Januari 2018, saat AS menerapkan tarif bea masuk impor panel surya dan mesin cuci dari China masing-masing menjadi 30 persen dan 20 persen.
China kemudian membalas perbuatan AS dengan menaikkan empat kali tarif bea masuk untuk produk impor asal AS, yang langsung dibalas lagi oleh AS dengan lima kali kenaikan bea masuk impor.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Trump juga melarang produk teknologi asal China, Huawei, untuk masuk AS. Bahkan perusahaan teknologi raksasa asal AS, Google, juga meninggalkan Huawei.
Bahkan pada Mei lalu, AS juga menaikkan lagi bea masuk bagi produk China sebanyak USD 200 miliar atau dari 10 persen menjadi 25 persen. Trump menganggap China menghambat jalannya negosiasi perang dagang.
Namun di KTT G20 hari ini di Osaka, Jepang, Trump dan Xi sepakat untuk menghentikan ketegangan. Trump tak mengenakan tarif baru untuk produk-produk asal China senilai USD 300 miliar.