Pesawat Kepresidenan Baru Akan Dipakai Jokowi Hadiri KTT ASEAN di AS

28 Februari 2020 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat baru Kepresidenan RI, Boeing 777. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat baru Kepresidenan RI, Boeing 777. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Istana memastikan Presiden Joko Widodo menyewa pesawat kepresidenan yang baru. Pesawat tersebut jenis badan lebar tipe Boeing 777-300 ER yang disewa dari BUMN maskapai penerbangan, Garuda Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, pesawat tersebut akan digunakan Jokowi untuk menghadiri KTT ASEAN-US Special Summit yang akan digelar di Amerika Serikat pada Maret 2020.
"Pak Presiden akan menghadiri ASEAN-US Special Summit di Amerika, sekaligus Pak Presiden akan kunjungan kenegaraan ke Amerika," kata Pramono di Istana Presiden, Jakarta, Jumat (28/2).
Menurut Pramono, pertimbangan menggunakan pesawat sewa dari Garuda Indonesia karena biayanya yang dinilai lebih murah jika digunakan untuk perjalanan jarak jauh.
Pramono mencontohkan untuk kunjungan Jokowi ke Amerika Serikat, dibandingkan menggunakan pesawat kepresidenan saat ini yang berjenis Boeing Business Jet jenis 737, penggunaan Boeing 777-300 ER akan lebih efisien.
Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengikuti rapat kerja bersama Komisi II DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/11/2019). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Politikus PDI Perjuangan itu menyatakan, setelah dibandingkan antara menggunakan pesawat BBJ 737 dengan pesawat Boeing 777-300 ER yang disewa dari Garuda Indonesia, biayanya lebih murah sewa untuk perjalanan jarak jauh seperti ke Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
"Setelah perbandingan biayanya menjadi lebih murah sedikit. Sehingga yang beredar itu adalah pesawatnya Garuda yang kemudian dipersiapkan untuk di sewa oleh kita," katanya.
Pramono mengatakan, perbandingan itu didasari dari biaya transit. Jika menggunakan pesawat BBJ 737-800, untuk perjalanan ke Amerika Serikat harus transit sebanyak tiga kali.
"Setiap transit harus mengisi bahan bakar dan dihitung biayanya akhirnya menjadi lebih mahal. Dibandingkan menggunakan pesawat yang selama ini digunakan udah lebih mahal, capek kemudian, yang diangkut juga terbatas," katanya.