Petani Tebu Soroti Banyaknya Gula Impor yang Beredar di Pasar

23 April 2021 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani memanen tebu di Sidoarjo Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
zoom-in-whitePerbesar
Petani memanen tebu di Sidoarjo Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah membagi gula impor dalam tiga tipe. Pertama gula rafinasi atau istilahnya gula yang digunakan untuk kebutuhan industri makanan dan minuman.
ADVERTISEMENT
Kedua gula mentah (raw sugar) yang bisa diolah menjadi gula rafinasi maupun gula untuk konsumsi rumah tangga. Selanjutnya ada gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi rumah tangga.
Untuk gula tipe pertama, pemerintah telah menerbitkan izin impor sebesar 3,2 juta ton. Gula rafinasi ini dibutuhkan para pengusaha untuk memproduksi makanan ringan maupun minuman-minuman yang dijual di pasar ritel.
Gula produksi dalam negeri dinilai belum mampu memenuhi standar gula untuk industri. Selanjutnya GKP, yaitu untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.
Industri gula kristal rafinasi. Foto: AGRI
Pemerintah telah merencanakan impor sebesar 646.944 ton. Kementerian Pertanian pada Februari lalu telah memproyeksikan hadirnya GKP impor sebanyak itu pada bulan Februari hingga Maret untuk kebutuhan konsumsi masyarakat.
Berdasarkan data Kementan, kebutuhan gula konsumsi bulanan di Indonesia sekitar 237.000 ton. Masalahnya sering kali gula impor ini menekan harga gula di tingkat petani karena terlalu banyak.
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mencatat, produksi gula di Jawa Timur berkisar antara 1 juta sampai 1,1 juta ton. Ia meminta kejelasan data dari industri makanan dan minuman mengenai kebutuhan dan stok gula rafinasi. Hal ini supaya tidak terjadi rembesan di pasar.
"Tolong yang minta izin impor itu tolong buktikan bahwa itu murni kebutuhan mamin. Kalau diperlukan, kami para petani siap untuk ketemu dengan pihak minta impor untuk industri mamin, tunjukkan industri mana yang mengalami kekurangan. Bila perlu diaudit, kebutuhannya berapa? Produksinya berapa?" katanya melalui keterangan tertulis, Jumat (23/4).
Sementara itu, Ketua DPD APTRI Kebon Agung, Malang, Dwi Irianto mengatakan bila kuota impor gula rafinasi ditambah, ia justru khawatir itu malah merembes ke pasar konsumsi dan mengganggu industri gula berbasis tebu rakyat khususnya di Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
"Stok gula petani sisa giling 2020 masih ada 42 ribu ton. Yang jadi masalah saat ini adalah perembesan dengan modus adanya over sak atau penggantian karung gula rafinasi menjadi gula kristal putih," sebut dia.
Dwi menyebut kondisi ini telah terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah hingga Jawa Barat. Pelakunya sudah tertangkap.
"Saya sudah tanya ke sejumlah pengusaha IKM, enggak ada kelangkaan. Ini kan disuarakan oleh oknum bayaran, yang dipakai oleh pengusaha supaya dapat izin impor. Kalau izin keluar, ini memutuskan kita lagi. Tahun ini saja saya belum giling. Gula saya tahun giling 2020 masih ada 42 ribu ton," bebernya.
Sementara itu, sejumlah pengusaha industri kecil dan menengah (IKM) di sektor makanan dan minuman optimistis bisa kembali menggenjot kapasitas produksinya usai hantaman hebat imbas pandemi virus corona. Menurut para pelaku usaha tersebut, sektor ini terus tumbuh dan menerbitkan optimisme dibandingkan sektor lainnya.
ADVERTISEMENT
“Kegiatan ini merupakan acara rutin tahunan. Tahun ini digelar di Bandung dan Batu Malang," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Rafinasi (AGRI), Gloria Guida Manulu.
Diskusi terkait industri gula kristal rafinasi. Foto: AGRI
Senada, Wakil Ketua AGRI, M Yamin Rahman mengungkapkan optimisme pemulihan sektor industri makanan dan minuman setidaknya tercermin dari meningkatnya permintaan bahan baku, dalam hal ini gula rafinasi. Ia menyampaikan kesiapan seluruh industri pemasok gula rafinasi untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan nasional.
“Permintaan GKR dari IKM mulai meningkat sejalan dengan mulai membaiknya perekonomian nasional. AGRI berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan IKM dalam bentuk mensuport penuh kebutuhan GKR dari IKM,” jelasnya.
Kondisi itu dibenarkan Guru Mujib, pemilik AR Bakery and Donut di Nganjuk yang produknya dipasarkan ke Madiun, Ngajuk dan Kediri. Ia mengaku tak ada masalah dengan pasokan gula yang dalam kondisi ramai, mampu menyerap 2,5 kuintal gula per hari. Mujib juga menyatakan siap memacu produksinya, apalagi menjelang Lebaran.
ADVERTISEMENT
Tjokro Tjahyono, pemilik industri makanan ringan dengan merk dagang Happy Tos di Malang, mengatakan bahwa per bulan ia menggunakan GKR sebanyak 60 ton yang dibeli dari pabrik GKR Cilegon seharga Rp 10.000 per kg, termasuk ongkos angkut dan pajak. Pasokan gula rafinasi pun disebutnya aman tanpa kendala.
“Lancar-lancar saja kok. Pengiriman pun cepat. Paling lama dua hari sudah sampai di Malang,” pungkasnya.